Minggu, 16 Juni 2013

Cerita Seks – Dapat Hadiah Memek dari Kakakku

Cerita seks dan cerita sex panas ini segera saja akan aku mulai kisah ini, Dalam cerita sex dewasa ini akan saya sembunyikan semua identitas pribadinya. Jadi jangan jadi masalah ya untuk identitasnya. Yang penting cerita seks panas ini akan sangat menarik buat anda baca sebagai cerita hiburan yang bikin panas isi celana dalam anda.
Hari itu sabtu, pas dalam minggu dihari kelahiranku yang ke-17, jadi orang tuaku sengaja mengadakan pesta Ulang Tahun untukku, anak lelaki satu-satunya. Maklum saja aku anaknya pemalas banget soal pesta-pestaan, alias kutu buku banget dan smart di sekolah, berbeda dengan kakak perempuanku yang satu-satunya juga, badung dan ogah-ogahan kalau disuruh belajar (padahal pintar juga sekolahnya loh, sampai lulus SMU dia tidak pernah lolos dari urutan 10 besar dalam ranking sekolahnya). Dasar kakak cewekkku ini badung, dia tidak ada selama sore hari saat berlangsungnya pesta, kemana ya, aku juga jadinya agak sedih sedikit. Bukan mengharapkan kado darinya, tapi dengan kehadirannya saja aku tentu akan sangat senang sekali, karena minimal aku bisa memperlihatkan pada teman-teman cewekku di sekolah (yang kuundang ke pestaku) bahwa dikeluargaku juga ada cewek kecenya yang tidak kalah kece dari semua teman paling kece di sekolahku).
Pas acara sudah mau berakhir, yaitu acara disco bebas, aku lagi bengong-bengong melihat teman-temanku ajojing, nah kakak cewekku satu-satunya pulang juga. Wah happy banget aku, maklum saja kami memang cuma 2 bersaudara, tidak punya saudara kandung lain. Dia sih sudah kuliah tahun ke-2, sedangkan aku masih SMU kelas 2.

“Jon.. selamat Ulang Tahun yah.. sorry aku kagak bawa kado..” kata Fifi sambil mengajukan tangannya untuk bersalaman setelah melihat tumpukan kado di atas meja. Wah dia pulang saat temanku belum bubar saja aku sudah happy banget, boro-boro mikirin kado deh, habis salaman kupeluk kakakku dengan kegirangan (kami memang akrab sekali sebenarnya, jadi biasa saja pelukan). Kakakku tidak lupa memberikan sesuatu yang membuatku kaget juga, yaitu ciuman di pipi kiri-kanan di depan teman-temanku. Gile bener.. akrab sih akrab sama kakak, tapi untuk ciuman baru kali ini kuterima sejak beranjak dewasa. Di belakang sih terdengar suara tepuk tangan dari teman-temanku. Mungkin bagi yang belum kenal dipikirnya pacarku datang kali, tapi bagi yang sudah tahu yah entah apa pikirannya deh. Habis biarpun kakakku tingginya 170 cm, tetap saja kalah tinggi denganku yang 175 cm saat itu.
Kadang-kadang, aku memang suka membayangkan bentuk tubuh Fifi. Soalnya memang dia kece sih. Terlebih sejak aku mengalami mimpi basah pertama kali waktu SMP 1 dulu. Lah yang kuimpikan saja kakakku kok, si Fifi ini. Wajahnya seperti artis Hongkong deh, putih cantik dan benar-benar kece berat pokoknya. Paling hebat saat aku melihat dia cuma berbikini saat berenang, selebihnya wah cuma dalam mimpi. Sedangkan untuk pacaran. Wah aku belum berani, soalnya cita-citaku ranking satu terus, dan idolaku yah si Fifi yang sudah muncul sejak mimpi basah pertama kali dulu. Heran yah?
Waktu mau bubaran pestanya, temanku yang jadi DJ iseng banget, dia muterin lagu buat slow dance, dan aku disuruh mengajak cewek pilihanku (biasanya sih kalau saat-saat begini, yang ultah ngajak orang yang di taksirnya untuk berdansa) turun dan memperkenalkan pada seluruh tamu, wah brengsek. Memang gosipnya ada beberapa cewek yang naksir padaku di sekolah, tapi aku cuek bebek, kurang begitu peduli sama mereka semua, padahal mereka-mereka itu kece dan cantik-cantik juga loh, dan rebutan cowok-cowok di sekolahku. Bukan apa-apa, kalau aku naksir yang satu kan yang lain bakalan hilang, mundur teratur, nah mendingan aku tidak memilih satu orangpun? jadinya bisa nempel sama semua cewek kece.
Nah teman brengsek ini menyuruhku untuk mengajak satu cewek untuk slow dance, seolah mengumumkan siapa cewek pilihanku. Yah sulit dong.. Gile juga.. Tapi akalku jalan cepat sekali, si Fifi kudatangi walaupun lagi mojok di dekat orang tuaku (tapi tidak ngobrol, jadi bagi yang belum kenal Fifi, tetap saja menganggap Fifi cuma temanku). Fifi agak terkejut sedikit waktu tahu dan sadar dia yang kuajak slow dance, tapi belum berkomentar apa-apa. Begitu kami masuk ke tengah-tengah arena slow dance, di tengah kerumunan pasangan lain baru Fifi berbisik, “Jon… kok ngajak aku slow dance-nya sih?”
“Iya Fi.. aku belum punya cewek sih..”
“Kan banyak teman elu yang kece-kece tuh..” masih sambil berbisik.
“Yang kece sih banyak Fi.. tapi yang sekece kamu mana ada..” rayuku pada kakak sendiri.
“Gelo loh.. cewek kece banyak begitu disia-siakan..”
“Beneran Fi.. nggak ada yang cantik dan dewasa seperti kamu, semuanya ABG doang..”
Fifi tidak menjawab lagi, tapi menaruh kepalanya pada pundakku. Harum rambutnya yang tadi sore keramas bercampur dengan sedikit keringat kepalanya di hidungku begitu merangsangnya. Begitu kugeser kepalaku sedikit mendekati telinganya lagi, kali ini makin jelas aku mencium parfum si Fifi yang dipakai pada belakang telinga. Kakakku ini seru loh, suka memakai parfum lelaki! Dan aku mengikuti dia dalam merk parfum. Cuma berhubung bau badan kami beda dikit yah tetap saja aku terangsang mencium bau campuran parfum dan bau badan Fifi. Batang kemaluanku ngaceng berat waktu itu.
Begitu Fifi sadar, aku membaui sekitar belakang telinganya, dia memelukku lebih erat lagi. Alamak.. Cukup terasa juga payudaranya menekan dadaku. Wow.. empuk-empuk nikmat (memang nikmat?!) Pokoknya menimbulkan sensasi tersendiri. Mungkin yang merasakan nikmat si cewek kali kalau bersentuhan dada begitu. Aku sebagai lelaki sih rasanya enak-enak saja.
Sepanjang lagu yang satu itu, tanganku yang tidak memegang tangan Fifi kusuruh menjelajahi punggungnya. Dari dekat lehernya sampai ke pinggangnya. Berhubung Fifi memakai gaun malam mini, yah dia tidak perlu pakai rok-rok segala dong, kan jadi satu sama atasan, eh baju terusan itu. Mini tuh maksudku masih setinggi pertengahan paha. Nah saat aku mengusap-usap pinggang Fifi, aku tidak begitu merasakan adanya garis celana dalamnya.
Timbul niat isengku pada kakak sendiri, sekalian mau tahu juga.
“Fi.. kamu nggak pakai celana dalam yah?” kataku sambil berbisik di telinganya.
“Eh.. enak saja.. aku pakai tahu.. nakal loh Jon nanyanya!” jawab Fifi sambil berbisik.
“Kok nggak berasa dipegang Fi.. batas celana dalamnya..” bisikku lagi penasaran.
“Coba elu rabanya turun lagi dikit..” balas Fifi sambil berbisik juga.
Lalu kuraba mengikuti petunjuknya, kali ini buah pantatnya terpaksa harus kuraba-raba. Dan merabanya makin turun saja. Benar juga, akhirnya ketemu dan kutelusuri garis batas celana dalamnya. Dilihatin orang nih dansanya. Nekat kali aku meraba makin ke bawah. Ha! Gile apa.. ini kakak sendiri friends. Rabaanku berjalan ke samping saja, menelusuri pelan-pelan garis celana dalam Fifi yang memang sepertinya cuma segaris itu. Oh.. aku tahu sekarang, celana dalamnya model tali saja dan dipakainya berbentuk V.
“Fi.. celana dalam elu modelnya aneh banget sih.. makanya kukirain tadi kagak pake celana,” kataku masih berbisik.
“Makanya elu cari pacar dan pacaran.. nanti jadinya tahu..” balas Fifi masih bisik-bisik saja.
“Kalo pacarku seperti kamu sih boleh saja Fi..” balasku mesra.
Wah pembaca, jangan heran kami bisa ngomong bebas begini kan karena memang akrab.
Dalam kepalaku timbul juga perasaan cemburu sedikit saat itu. Wah.. sialan siapa saja nih yang sudah pegang-pegang si Fifi sampai dia perlu pakai celana dalam sexy seperti itu. Sialan… mau kuhajar saja rasanya. Belum tahu kali tuh cowok, adiknya Fifi jagoan taekwondo, karate sekaligus Merpati Putih.
Eh lagi enak-enak memeluk Fifi sambil goyang-goyang lagunya habis.. sialan, temanku mengganti jadi disco lagi. Yah sudah bubaran deh slow dance-ku dan Fifi. Aku masih melihat-lihat teman yang lain, si Fifi menghilang entah kemana. Karena acara terakhir pesta rumahan adalah disco, yah tidak lama setelah itu bubar deh pestanya, masak anak SMU pesta di rumahan sampai lewat jam 12 malam sih? nggak sopan dong (anak ranking 1 nih yang bilang, aku!).
Persis jam 12 lewat 5 menit, teman terakhir sudah tidak kelihatan mobilnya. Aku yang capek banget rasanya mau tidur saja deh, sambil mikirin Fifi. Kemana yah dia? Urusan kado besok saja lah. Tidak mungkin ada yang ngambil ini. Aku naik ke atas dan langsung masuk ke kamarku. Melepaskan pakaian dulu lalu masuk kamar mandi pribadi dan bersih-bersih. Masih bugil aku balik ke ruangan ranjang. Ah biasanya tidur pakai CD, kali ini mau nyobain bugil ah, sudah gede ini, kan 17 tahun. Yah badanku yang gede dan anuku juga cukup gede kok. Panjangnya sih cuma 15 cm saja.
Karena AC kamarku cukup dingin, aku biasa tidur memakai selimut (Tidak lucu sebenarnya, kalau memahami kesehatan, saat tidur itu bagusnya tubuh kita tidak dalam keadaan ‘terikat’ dan udara yang kita hirup sebaiknya memang sekitar 18-24 derajat celsius. Jangan lebih panas dan jangan lebih dingin. Itu baru tidur sehat. Eh ini kata dokter Joni loh hehehe coba saja iseng tanya dokter beneran.) Kan bule-bule dalam film banyak yang tidur bugil toh?
Masih berbaring, pikiranku melamun pada peristiwa slow dance bersama Fifi, kakak tercintaku. Saat dance tadi aku sih lupa apakah ngaceng atau nggak, tapi saat mikirin aku inget. Ngaceng kenceng! Gile kupegang si Junior, malah makin bikin tenda di selimutku jadinya. Yah kuusap-usap sayang deh juniorku. Tentu saja sambil membayangkan bagaimana bentuk tubuh si Fifi yang polos dalam keadaan bugil sepertiku, apalagi sambil menari bareng. Wow.. asyik loh.
Aku berhayal.. Tubuh si Fifi mulus tanpa cacat (sepertinya memang belum pernah luka sih, paling bekas suntikan cacar di pahanya) payudaranya yang lumayan mantap kalau dipegang, dengan puting cukup besar sehingga enak dikulum. Lalu perutnya yang datar dan rata karena hobbynya aerobic dan fitness, dan pantatnya yang aduhai montoknya, tadi saja saat kupegang waktu slow dance mantap banget rasanya.
Eh lagi enak-enak berhayal begitu, tiba-tiba pintu kamarku diketok. Tok.. tok.. tok.. cuma tiga kali dan tidak kencang. Karena kebiasaan menjaga privacy di keluarga kami, sebelum masuk harus ketok pintu dulu, aku sih tidak pernah mengunci pintu.
“Siapa?” tanyaku.
“Aku Jon..” jawab suara yang tidak asing lagi, sepertinya berbisik tuh.
Wharakadah! gadis yang sedang kuimpi-impikan muncul mendatangiku friends! Aku terdiam bingung.
“Jon.. elu belum pulas kan?” tanya Fifi dari balik pintu. Lalu diam menunggu jawabanku. Wah gimana nih.. aku sedang bugil dalam selimut begini. Ah biarin deh.
“Boleh masuk Jon?” tanya Fifi lagi, padahal aku baru mau menyuruhnya masuk, tapi belum sempat.
“Iya, masuk saja Fi..” kataku cukup keras supaya jelas terdengar olehnya, kalau pelan-pelan entar dia tidak jadi masuk lagi, kan bikin sedih jadinya.
Si Fifipun masuk juga, setelah menutup pintu kamar, dia berbalik dan, “Jon lampunya dinyalain yah?” tanya Fifi. Maklum sebelum naik ranjang, lampu terangnya kumatikan, cuma sisa lampu kecil saja, jadi remang-remang. Wah benar juga idenya, jadi aku bisa melihat jelas tubuh Fifi, sepertinya cuma memakai baju tidur waktu bayangannya terlihat saat memasuki kamarku.
“Iya deh..” jawabku, lalu sadar, wah.. entar senjataku yang ngaceng kelihatan dong!
“Eh…” belum sempat aku ngomong lagi, si Fifi sudah menyalakan lampu. “Blar..” terang deh.
Aku memperhatikan Fifi. Dia memakai baju tidur favoritku, karena model baby doll, terusan cuma melewati pantatnya dikit, warna kuning muda dan agak transparan. Biasanya kalau dia berdiri membelakangi lampu sih kelihatan bentuk tubuhnya, dan pakaian dalamnya. Kali ini belum kelihatan, kan lampunya di tengah ruangan, sedang dia masih dekat pintu.
“Ada apa Fi?” tanyaku bingung juga dan heran, ada apa malam-malam waktunya tidur begini dia datang yah? Kalau masih sore sih aku tidak heran, paling dia mau nanya soal komputer atau soal mobilnya.
“Eh sebelumnya sorry loh Jon..”
“Kenapa?” langsung kupotong saja.
“Aku kan belum ngasih kado buat elo.. kagak kepikir mau ngasih apa sih.” lanjut si Fifi mencoba senyum menghiburku kali. Wah bener juga.
Aku memang tidak sempat memikirkan Fifi ngasih kado atau tidak, dia mau slow dance denganku saja rasanya aku happy banget. Lalu sekarang mau apa lagi nih? “Ah nggak apa-apa Fi.. nggak masalah soal kadonya.. aku punya kakak sebaik elu saja sudah merupakan kado yang indah setiap hari..” kataku. Lalu si Fifi berjalan menghampiri ranjang sambil melihat mataku terus. Wah untung tidak melihat ke arah juniorku. Masih ngaceng man! banyangkan sendiri deh cewek kece, seksi sedang berada di dekat kamu, di ranjang yang sedang bugil. Dan sambil tersenyum manis sekali pada kamu.
Sewaktu dia makin mendekatiku, aku menggeser ke tengah ranjang, jadi dia bisa duduk di tepi ranjang kalau memang mau ngobrol agak lama. Nah saat makin dekat itulah lampu kamar dibelakangi olehnya. Wow.. bayangan mulus tubuhnya yang sempurna sekali (nggak kayak gitar kok, tapi melengkung dan meliuk indah) makin jelas saja terlihat. Benar saja dia duduk dekat pinggangku, persis sebelah pinggang dan juniorku yang ngaceng berat. Selimutku yang bergeser membuat si junior mengangguk-angguk kegelian karena gesekan itu. Tangan kiriku yang masih dalam selimut terpaksa harus memegangi si Junior nih. Fifi berlagak tidak melihat dan tetap senyum manis sekali.
“Jon.. aku mau ngasih kado spesial buat elu, tapi.. elu nggak boleh cerita sama siapapun juga, setuju?” Langsung saja aku mengangguk, walaupun bingung menduga-duga kado spesial apaan, apakah Blow Job? Belum tentu, terusin saja baca ceritanya.
“Janji yah Jon..”
“Saya berjanji, Fifi kakakku tersayang..” kataku menegaskan dari sekedar mengangguk.
“Jon, Fifi mau tahu.. kamu beneran belum pernah pacaran? maksudnya nge-date berduaan ama cewek?” tanya dia.
“Bener Fi.. kan tiap malam minggu, kalau kagak ada pesta ultah, yah aku di rumah saja kok surfing di internet, kamu sih kelayapan melulu malah ninggalin aku sendirian kalau malam minggu” kataku, dia senyumnya makin lebar.
“Jadi belum pernah pegang-pegang tubuh cewek dong?” tanyanya lagi, memancing dikit.
“Yah pegang sih belum cuma kalo melihat sering?”
“Oh yah? dimana?” tanya Fifi kaget sedikit.
“Di internet..” jawabku cepat, memang betul sih. Dia tersenyum lagi.. heran kayaknya makin lama melihat Fifi tersenyum makin manis saja tuh senyumnya, wah aku rasanya makin senang dan happy sekali melihat bibirnya yang tersenyum.
“Jadi yang real dan asli belum pernah dong?” kata Fifi masih dengan tersenyum. Bagiku ini bukan ledekan, tapi ucapan tulus kakak pada adik yang memang akrab. Aku mengangguk.
“Fifi mau kasih hadiah khusus, tapi kamu harus janji tidak boleh ngapa-ngapain kalo kagak disuruh. Mau nggak?” tanya Fifi, kakak tersayangku ini. Aku mengangguk.
“Eh janji dulu..”
“Iya deh Joni janji Fifi sayang..” kataku memuaskan keinginan Fifi.
“Siap menerima hadiah?” tanyanya lagi sambil menegakkan badannya yang tadinya duduk santai.
Aku mengangguk lalu berkata, “Siap boss..”
Fifi kemudian menaiki ranjang, sambil tangannya mendorong perlahan tubuhku untuk bergeser sedikit. Ranjangku sih ukuran 160 lebarnya, jadi muat saja kalau mau tidur berduaan. Lalu Fifi berlutut tegak di sampingku, memandang mataku lekat-lekat masih dengan senyum manisnya. Kemudian secara perlahan-lahan dia mengambil ujung bawah baju tidurnya. Ops.. Fifi terlupa sesuatu.. buru-buru dia turun ranjang dulu, menuju ke lemariku yang ada componya, dia pilih buru-buru salah satu CD lalu diputarnya. Nah muncul lagu romantis, dipasangnya cukup keras tapi tidak mengganggu keluar ruangan. Mungkin sekedar supaya pembicaraan kami tidak terdengar saja kali. Lalu dia berjalan ke pintu dan mengunci pintu.
Aku merasa sedikit heran, mau ngapain nih. Si Fifi balik lagi ke sampingku, berlutut di atas ranjang sambil melenggok menari mengikuti irama lagu. Tangannya balik lagi memegang ujung bawah baju tidurnya dan mulai memilin sedikit-sedikit, lalu menarik perlahan ke atas. Wah ini sih striptease. Kutungguin saja deh. Begitu bawah bajunya mulai naik setinggi bawah selangkangannya, aku makin deg-degan! Cepat sekali naik lagi perasaanku. Lalu muncul celana dalamnya yang transparan dan seperti tadi waktu dansa berbentuk V dan sebagian besar tali. Warnanya sih hitam, ada merahnya sedikit persis ditengah dekat bawah pusarnya, eh tuh merah bunga kecil, cuma satu.
Gila friends.. bulu kemaluannya terlihat. Belahan kewanitaannya sih terbayang dalam bungkusan CD halus itu yang mengikuti bentuk bibir kemaluannya. Wow.. sialan aku janji tidak boleh ngapa-ngapain. Wah pingin sekali untuk menjamahnya. Tangan kiriku terpaksa memegangi juniorku deh. Makin keras saja ngacengnya nih.
Makin tinggi Fifi menarik bajunya, semakin jelas tubuh putihnya terlihat. Begitu bagian bawah payudaranya muncul. Wow.. aku sampai menelan ludah. deg-degan makin keras. Ops.. sial ada BH-nya! Eit tunggu dulu, BH-nya seru banget.. juga hitam transparan dan puting susunya yang kuduga besar, benar saja muncul dan terlihat jelas, kali ini aku tidak perlu menebak-nebak lagi, ternyata warnanya merah sedang, nggak pink sih, lebih tua sedikit tapi tidak coklat gelap. Saat bajunya melewati kepalanya, aku ingin sekali memegang payudaranya. Tapi ingat janji.. wah brengsek.. padahal si Fifi kan tidak melihat.
Dan saat bajunya sudah lolos melewati kepala, Fifi langsung membuangnya ke atas karpet kamarku. Tangannya kembali turun lagi yang membuat payudaranya terlihat dan berbentuk semakin menonjol saja. Gile bener.. sss.. alamak nggak tahan nih.. Kemudian Fifi menggeser posisi berlututnya kali ini dia mengangkangiku. Wow.. sepertinya aku semakin tidak tahan deh. Mana tangan kiriku sudah tidak lagi memegang si Junior lagi dan dengan posisi baru ini otomatis Fifi menindih perutku. Dia masih bergerak meliuk dan menari. Mungkin tidak nyaman menari di atas selimut, dia menggeser dulu lalu mendadak menyingkapkan selimut untuk membuangnya.
“Eit.. sorry Jon.. aku nggak tahu elu kalo tidur juga bugil!” kontan kedua tanganku menutupi juniorku. Tapi mana bisa.. lah lagi siaga satu gitu kok. Lagi pula dia ngomong dengan kalimat ..juga bugil! Wah dia kalau tidur bugil dong?! kenapa tidak dari dulu aku masuk kamarnya kalau dia sedang tidur.
Karena aku diam saja tidak berkata apa-apa, Fifi balik lagi berlutut di atas perutku menghadap wajahku dengan sebelumnya mengambil tanganku untuk melepaskan pegangan yang menutupi si Junior. Terpaksa tanganku posisinya seperti orang menyerah kalau berdiri, kutaruh di samping kepala. Sepertinya Fifi sedang bergerak menari sambil membuka BH-nya deh.. tapi susah atau sengaja susah membukanya?
“Fi.. boleh aku bantuin membuka BH kamu?”
“Memang kupikir tadinya mau nyuruh elu yang bukain.. tapi gue kagok..” lalu sambil berkata begitu dia rebahan dikit, tangannya menopang tubuhnya di samping kepalaku, dengus nafasnya dekat sekali menyapu wajahku. Karena posisi berlututnya di perutku, yah mulut dan hidungku cuma kebagian lehernya saja. Wah wangi juga lehernya.. tanganku mulai memeluknya dan mencari kaitan BH-nya di punggungnya. Biarpun sudah ketemu sengaja aku lama-lamain. Enak gila.. memeluk tubuh hangat cewek kece seperti ini.
“Ayo Jon.. jangan nakal, hadiahnya masih banyak..” kata Fifi lalu menggeser tubuhnya yang berada di atasku sehingga menurun sedikit dan wajahnya berhadapan dengan wajahku. Alamak.. dengus nafasnya yang menyentuh wajahku membuatku konak lagi dan semakin bernafsu. Tidak tahu siapa yang memulainya, tahu-tahu bibir kami nempel dan lidah Fifi menyapu bibirku. Sepertinya sih Fifi juga nafsu sekali mau menciumku kali, habis wajahku tetap lurus, tapi wajahnya miring-miring kok. Nah kan dia yang berusaha lebih keras buat menciumku toh?
“Blp.. buka mulutnya Jon.. aku ajarin ciuman..” kata Fifi. Lalu kuikuti membuka mulut, membiarkan lidah Fifi masuk ke dalam mulutku. Dia menyapu gigi depanku, lalu lidahku didorong-dorong dan dibolak-balik segala, dan malah lidahku dikitik-kitik dengan lidahnya juga. Wah seru juga loh, tukar-tukaran ludah.
Aku lupa bahwa tanganku sudah melepas BH-nya apa belum yang jelas tanganku mengusap punggungnya dengan bebas tanpa ganjalan BH segala. Kuusap-usap terus punggungnya yang mulus dan hangat. Dada kami sih masih terpisah oleh BH-nya. Ops.. baru aku bilang masih terpisah, Fifi menarik BH-nya untuk disingkirkan. Sambil ciuman begitu, otakku mikirin bagian bawah kami. Wah senjataku tergesek-gesek sama celana dalam mini si Fifi nih, sakit dikit sih, lecet nggak yah?
“Fi.. boleh aku lepasin celana dalam elu nggak? kontol gue sakit kegesek-gesek.” kataku melepaskan ciuman sekejab. Akibatnya malah lepas terus-terusan tuh.
“Eit.. jangan nakal dulu. Sudah bisa ciuman yang kuajarin?”
“Iya boss..” jawabku.
“Elu diam saja yah..” kata Fifi. Lalu dia bergerak semakin turun. Kali ini sampai dia duduk di kakiku. Dia persisnya menduduki bagian ujung kakiku, nggak diduduki habis sih, dia bersimpuh sedikit, sambil bergerak perlahan-lahan wajahnya ikutan turun sambil mencium badanku juga. Geli sekali loh, apalagi waktu dia mencium putingku. Wow.. sampai kupegang kepalanya gara-gara geli. Untung dia tidak marah. Waktu hidungnya kena bulu kemaluanku, makin geli dan si Junior mulai kena dengusannya dan dikecup kepalanya, sepertinya sih kena mata tunggal di kepala si Junior tuh.. geli banget sih.
Gila friends.. kali ini kuduga bakal dapat pengalaman dikaraokein deh, aku mau menikmati rasanya di karaokein kakak tersayang ini. Dimulai dengan jepitan erat bibirnya pada kepala kemaluanku, rasanya sukar dilukiskan, yah geli-geli enak deh. Apalagi waktu bibir itu masih dalam jepitan erat bergerak turun menyentuh lingkaran helm senjataku. Wah rasanya mau ngecret saat itu. Gile bener.. untung juniorku tahan juga.
Apalagi sensasi yang timbul saat bibir Fifi makin turun menjalari batang juniorku yang keras dan penuh urat-urat. Waduh, gesekannya sukar dilukiskan (namanya juga pertama kali) apalagi saat itu juga helm di kepala kemaluanku dijilati oleh lidah hangat Fifi. Wow.. mana tahan, beneran mau ngecret rasanya.
Dan saat jepitan erat bibir Fifi, kakak tersayangku ini semakin turun kearah bulu-bulu kemaluanku yang mulai memenuhi pangkal senjataku, ujung kepala helm si junior juga menyentuh daging halus dan lembut langit-langit tenggorokan Fifi. Weleh.. weleh.. gila man.. nikmat sekali! dan, “Cret.. cret.. cret.. cret.. cret..” beberapa kali aku ngecret. Kulirik ke sana, si Fifi melirikku juga, gile pandangannya itu.. wow.. sexy sekali.. (sering aku membanyangkan dan terbayang-bayang terus wajah Fifi saat dia sedang mengkaraoke barangku) Gile deh, masih muda gini si Fifi sudah jago mengisap senjataku. Dia suka lagi.. tidak setetespun cairan maniku yang meleleh dari mulutnya. Wah di Bohongin film tuh, paling yang sampai meleleh gitu yah karena si ceweknya tidak mau menelan protein yang kita keluarkan, atau mungkin di film tuh sperma meleleh karena memang asyik melihat dan menonton cairan yang meleleh.
“Fiii… aduh.. enak sekaliii…” kataku merintih perlahan. Kencang-kencang takut orang tuaku mendengar lagi. Gile loh.. ini taboo, pamali.. incest.
“Jon.. hadiahnya belum selesai.. ini baru foreplay-nya buat elu…”
Hah..! Gile bener.. apalagi nih?
“Elu basahin memekku dengan ciuman yang tadi aku ajarin yah? sementara aku bikin burung elu tegang lagi.” kata Fifi lalu berdiri dan membuka CD-nya secepat kilat.
Kemudian dia menungging mengambil posisi 69 persis seperti gambar-gambar di internet yang kulihat kalau ada pasangan yang saling mengisap.
Begitu Fifi dalam posisi mengangkang dengan pahanya terbuka lebar, harum liang kewanitaannya langsung tercium olehku. Gile bener.. nikmat sekali.. enak loh mencium bau khas liang kewanitaan cewek, wah pantesan banyak gambar orang lagi ismek dan jimek yah? Mula-mula kujilati dulu belahan liang kewanitaan si Fifi yang terlihat sudah mulai basah, lalu setelah beberapa kali dijilat dengan ujung lidah sampai badan lidahku juga, gelambir bibir luar si Fifi yang warnanya kemerahan dikit itu mulai membuka dan melebar. Nah habis itu jangan lupa pasti sasaran kita bibir dalam mungil yang warnanya pink. Sebelumnya pastikan lagi deh, jilati terus dari batas liang kewanitaan luar paling bawah dekat perbatasan anus sampai arah klitorisnya, tentu dengan jilatan panjang tanpa terputus, dijamin kegelian tuh cewek yang kita jilati. Nah begitu diulang beberapa kali.. asyik.. terasa kan sari buah segar dari tubuh cewek seperti yang kulakukan pada Fifiku ini, kalau terasa juice-nya mulai berkurang kan kurang asyik, ganti lagi dengan mengulum seluruh bibir luarnya yang melambai-lambai, yah mengulum dan menghisap lah, terus sambil sedikit jilat dan sedot terus, sehingga sisa juice dari tubuhnya dan sedikit sisa pada lidah kita tetap saja bisa kita nikmati terus. Biasanya cewek kegelian dan memproduksi lagi juice alami ini dari dalam tubuhnya. Wow.. asyik pasti deh kalau normal sama-sama menikmati kita dapat bonus lagi banyak juice.
“Aaahh.. enak Jon.. terus.. terus..” kata Fifi.
“Iya Fi.. blp.. aku juga keenakan.. slup.. slup.. dikaraokein elu itu.. slup..” jawabku.
“Blp.. blp.. ehm.. blp.. blp..” tidak jelas deh apa jawaban Fifi, yang jelas aku ingin sekali hadiahnya berlanjut terus sekalian juga aku membalas kenikmatan pada si Fifi dong, biar adil.
Saling jilat dan isep yang kami lakukan kuulangi lagi. Kali ini kutambah dengan jurus baru, gara-gara melihat gambar di internet (wah lihat gambar porno berguna juga kadang-kadang yah?). Aku mencoba memasukkan lidah ke dalam liang senggama si Fifi yang mungil tempat keluarnya juice nikmat tadi. Lubang itu sih terlihat nafsuin banget. Jelas terlihat

MAKING LOVE SISWI CANTIK JILBABER



Pada suatu pagi, sekitar pukul 08:30, aku yang sedang suntuk pergi ke sebuah hutan cagar alam kecil di selatan kota. Kota kecil ini sudah ku singgahi sekitar 3 minggu, dan aku masih lumayan betah. Segera kuparkir motor di tempat titipan motor, dan menyusuri jalan setapak masuk hutan yang sekarang sedang sepi karena memang bukan hari libur. Terasa sangat sejuk, pa...gi hari hiking menikmati rerimbunan pohon pinus di hutan cagar alam itu. Ketika sedang berjalan menikmati kesunyian dan kesejukan hutan, aku melihat sesosok gadis manis berjilbab sedang duduk disebuah bangku dibawah sebuah rumah kayu yang memang disediakan untuk beristirahat. Dari bajunya yang atasan putih dan bawahan rok abu-abu, aku tau kalau dia
adalah seorang siswi SMU. Segera otak kotorku bekerja dan membuat kont0lku naik.
Bayangkan, menikmati mem3k gadis cantik berjilbab pelajar SMU ditengah hutan yang sunyi dan sejuk ini. Segera aku menghampiri dan menyapa sang gadis itu. Yang sedang duduk termangu. “Assalamu'alaikum..” kataku sedikit keras, memang sengaja mengagetkannya.
Gadis berjilbab itu sedikit kaget lalu dengan cepat menoleh kearahku. Wajahnya cantik putih,d engan hidung mancung dan bibir tipis. Kacamata minus bertengger di hidungnya.
“Wa'alaikum salam.. ngagetin aja ihh..” katanya dengan tersenyum kecil.
Suaranya yang lembut, menambah gejolak birahiku. Otakku berfantasi membayangkan suara lirihnya merintih2 karena mem3knya kusodok2 dengan kont0lku. “lagi ngapain?” tanyaku.
Sembunyi2 aku menatap tubuhnya. Sekal untuk seorang siswi SMU. Pantatnya bulat, tubuhnya padat berisi namun langsing, dengan tinggi semampai. Buah dadanya terlihat sedikit mononjol dibalik seragam putih osis lengan panjang dan jilbab putih yang terulur menutupi dadanya.
“lagi ngelamun.” Jawabnya sambil tersenyum manis.
“ngelamunin apa?” tanyaku lagi, memancing pembicaraan.
Sambil semakin mendekat hingga disampingnya. Siswi berjilbab itu memandangku seksama seakan menilai, lalu menjelurkan lidahnya padaku, menggoda. Aku tersenyum. “kenalin, Wawan.” Kataku sambil mengulurkan tanganku.
siswi berjilbab itu tersenyum dan menyambutnya.
“Rina” katanya.
Tangannya yang bersentuhan dengan tanganku terasa sangat halus. “lagi ngapain disini sendirian? Bolos yaa…” kataku mengganggunya. siswi berjilbab itu segera berdiri didepanku.
“iya nih… lagi BT di sekolah..” katanya sambil menggerutu.
“emang kenapa? Habis putus cinta yah?” tanyaku nakal.
“idih… nggak… sekarang jadwalnya olah raga… guru olah raganya rese… sukanya grepe-grepe..” jawab gadis cantik berjilbab siswi Smu itu.
Tangannya sudah dilipat didepan dada, semakin membuat tonjolan buah dadanya terlihat. Hatiku semakin tidak karuan. “tapi diam-diam suka kaaan…” kataku menggoda.
“idiiiih…jijik, tau…” jawabnya sambil sok bergidik.
“eehhh… digrepe-grepe bisa enak lhoo..” kataku terus memancing.
Siswi berjilbab itu hanya tersenyum simpul sambil kembali menjulurkan lidahnya genit. “eh Rin, mau gak, masuk lebih dalem ke hutan? Ada tempat yang buagus banget deh…” kataku.
Padahal aku berbohong.
“yang bener? Ahh, gak mau ah…ntar Rina mau diapa-apain, lagi…” jawabnya, sambil masih tersenyum genit.
“ga papa deh… ayo ikut… diapa-apain kan ga papa kalo enak.” Kataku seolah bercanda.
Padahal otakku sudah memikirkan banyak jurus untuk mendapatkan tubuh gadis cantik berjilbab itu.
“iya deh.” Jawab Rina akhirnya, membuat hatiku seolah meloncat saking
senangnya.
“tapi janji gak diapa-apain yah.” Jawabnya lagi.
“gak kok, ntar tak kasih yang enak- enak″ jawabku lagi.
Akhirnya kami pun berjalan menyusuri jalan setapak sambil bercakap-cakap dan menikmati keindahan hutan. Beberapa lama, setelah kami berada semakin masuk kedalam hutan, kami menemukan lagi sebuah tempat beristirahat. Sebuah batu besar panjang 2 meter, dengan atap dari daun pinus sekedar menahan jika ada hujan. Rina berlari kecil menuju tempat itu dan duduk dubatu itu.
“istirahat dulu, capek..” kata gadis manis berjilbab itu.
“oke.” Kataku sambil duduk disampingnya.
“jadi gak nih, mau yang enak-enak?” kataku kembali memancing.
“gak mau ah.. emangnya Rina apaan..” katanya sambil pura-pura marah.
Aku semakin medekatkan dudukku pada gadis berjilbab bertubuh sekal itu.
“yah, kan Rina cantik.. mas jadi gak tahan..” bisikku ketelinganya yang masih tertutup jilbab. Pelan kuraih tangan kanannya yang halus, lalu kuremas dan kubelai. Gadis cantik berjilbab itu menatapku, namun diam saja. Terlihat wajahnya merah karena malu. Segera siswi berjilbab itu menarik tangannya dan memalingkan tubuhnya agak membelakangiku, karena tatapan sayunya bertemu dengan tatapanku. Pelan-pelan kupeluk Rina dari belakang pelan- pelan. Gadis cantik berjilbab bertubuh sekal itu sedikit berontak. “jangan mas.. Rina gak mau..” bisiknya sambil sedikit berontak.
“ga papa Rina, ntar mas kasih enak…” bisikku ke telinganya yang tertutup jilbab.
Kudaratkan ciumanku di pipi kanannya. Rina masih tegang, mungkin karena tidak pernah dipegang cowok. Apalagi kont0lku yang sudah ereksi dibalik celana jeansku dari tadi, menempel di pantatnya karena aku sudah duduk menkangkang. Kugenggam tangan kirinya dengan tangan kananku, tangan
kiriku memeluknya, sementara bibirmu mulai menciumi pipi dan telinganya. “Ohh..sstt” desisnya.
Aku palingkan wajahnya sehingga aku mudah mencium bibirnya yang mungil, pelan saja dan siswi berjilbab itu mulai menanggapinya. Kupermainkan lidahku dengan lidahnya, sementara kuputar pelan-pelan tubuhnya sampai menghadapku (masih dalam keadaan duduk). Dengan cukup cepat kupeluk mesra dia agar tidak semakin berontak,
kedua tanganku mengelus-elus punggungnya dan terkadang kuremas lembut kedua pantatnya. pantatnya begitu menggairahkan. padat berisi sampai-sampai ingin rasanya meremas dan menciuminya. Kont0lku sudah semakin tegang. Pelan- pelan sambil terus kuciumi gadis SMU berilbab yang sudah pasrah itu, kubuka ritsleting celanaku dan kukeluarkan kont0l besarku. Gadis itu seolah tertegun bingung karena tidak tau apa yang harus ia lakukan. Langsung kubimbing tangannya untuk mengelus- elus dan mengurut seluruh bagian kont0l. Terasa nikmat kont0lku dibelai dan diurut oleh tangan halus siswi lugu berjilbab itu. Kusandarkan Rina pelan-pelan didinding kayu gubuk istirahat itu, bibirku semakin bergerilya di seluruh permukaan wajahnya yang cantik. .
“Ohh, sst..” desahnya, yang semakin membuatku bernafsu.
Dengan bibirku yang tetap aktif, tangan kananku mulai menelusuri badannya, kuelus-elus pundaknya, lalu turun ke dada kanannya, menyusup kebalik jilbabnya, meremas buah dada sekalnya. Kuraba pelan, lalu mulai remasan-remasan kecil, siswi berjilbab itu mulai menggeliat. Buah dadanya terasa kenyal dan kencang, semakin kuperlama remasanku, dengan sekali- kali kuraba perutnya. Tanganku mulai membuka satu- persatu kancing seragam OSIS lengan panjangnya, dan menyusup masuk didalam bajunya, mengelus perutnya dan Rina kegelian. Tanganku yang masih di dalam bajunya, mulai naik kedadanya dan meremas kedua gunung kembarnya, jariku keselipkan dibranya agar menjangkau putingnya untuk kupermainkan. Rina mulai sering medesah,
“Sst.. ahh.. ohh”
Karena branya sedikit kencang dan mengganggu aktivitas remasanku, maka tanganku segera melepaskan semua kancing bajunya dan kemudian kait branya kubuka, sehingga longgarlah segel 2 bukit kembar itu. Bajunya kusingkap kesamping, sementara Bhnya kusingkap keatas, menampakkan keindahan dadanya, putih mulus, kedua putingnya mencuat mengeras ingin dijilati. Sudah saatnya nih beraksi si lidah. Kujilati, kusedot- sedot, kucubit, kupelintir kecil kedua putingnya. Rina mulai meracau tidak karuan manahan nikmatnya permainan bibirku di kedua dadanya. Kubuka baju dan branya sehingga tubuh atasnya hanya tinggal ditutupi jilbab putih membungkus kepalanya yang sengaja tidak kulepaskan. Gairahku semakin meninggi melihat gadis berjilbab yang lugu terengah- engah keenakan kurangsang dengan baju yang sudah terbuka memperlihatkan buah dadanya yang putih ranum menggunung. Tubuhnya yang putih, dua bukit ranum dengan 2 puting mencuat indah, wajahnya memerah, keringat mengalir, ditambah desahan-desahan yang menggairahkan, sungguh pemandangan yang tidak boleh disia-siakan. Kuciumi bibirnya lagi, dengan kedua tanganku yang sudah bebas bergerilya di kedua bongkahan dadanya. Nafas kami menderu menyatu, mendesah. Perlawanan gadis cantik berjilbab tadi sudah tidak terasa lagi. . Untunglah hutan itu sepi, sehingga desahan Rina yang semakin keras tidak membuatku takut ketahuan. Kulepas baju seragamnya dengan sedikit paksaan, kusibakkan jilbabnya sehingga
tidak menutupi dadanya, lalu Kuciumi dan kujilati badannya, mulai dari pundak, turun ke dadanya. Sengaja kujilati bongkahan dadanya berlama- lama tanpa menyentuh putingnya, kupermainkan lidahku disekitar putingnya. Kutempelkan tiba-tiba lidahku ke puting kanannya dan kugetarkan cepat, tangan kiriku mencubit-cubit puting kirinya, Rina semakin kelojotan menahan geli-geli nikmat. Enak sekali menikmati bukit kembar cewek jilbaban. Tangan kananku mulai merayap ke pahanya, yang masih tertutup rok abu- abu panjang, kuelus naik turun, terkadang sengaja menyentuh pangkal pahanya. Terakhir kali, tanganku merayap ke pangkal paha, menyingkapkan rok abu-abu panjangnya keatas sehingga celana dalamnya terlihat. Dengan satu jariku, kugesek-gesek mem3knya yang ternyata sudah basah sampai membekas keluar di celana pendeknya. Kedua kaki gadis berkulit putih berjilbab berwajah lugu itu langsung merapat menahan geli. Tanganku mengelus pahanya dan membukanya, menjalar ke kemaluannya, lalu semua jariku mulai menggosokkan naik turun ke bukit kemaluannya. “Ah udah mass..uhh hmm.. aduuhh.. enakk..”, geliatnya sambil meremas pundakku erat.
Kulumat bibirnya, tanganku mulai menyusup menguak CD-nya, meraba mem3knya. Rina semakin terangsang, dengan desisan pelan serta gelinjang- gelinjang birahi. Tak lama kemudian siswi berjilbab itu mendesis panjang dan
melejang-lejang. Ia menggigit bibir bawahnya sambil matanya terkatup erat, lalu mem3knya berdenyut- denyut seperti denyutan kont0l kalau melepas mani. Rina lalu menarik nafas panjang. Basah mengkilap semua jariku, karena mungkin Rina tidak pernah terasang seperti ini, lalu kujilat sampai kering. “Mas jahat, katanya Rina gak akan diapa-apain..” kata siswi berjilbab bertubuh sekal itu sambil memelukku erat.
“tapi Rina suka kan.. enak kan..” bisikku semakin bernafsu.
Sudah saatnya kont0lku dipuaskan. Kucium bibirnya lembut, kubimbing lagi tangannya untuk meremas dan mengurut kont0lku. Gantian aku yang melenguh dan mendesis, menahan nikmat. Posisiku kini berdiri didepan Rina, kuturunkan celanaku dan kuminta Rina untuk terus memijat kont0lku. “harus digimanain lagi nih?”, tanyanya bingung sambil tetap mengelus-elus batang kejantananku.
Terlihat disekitar ujung kont0lku sudah basah mengeluarkan cairan bening karena ereksi dari tadi.
“Ya diurut-urut naik turun gitu, sambil dijilat seperti menikmati es krim” sahutku.
Ditimang-timangnya kont0lku, dengan malu-malu lalu dijilati kont0lku, ekspresi wajahnya seperti anak kecil. Gadis berjilbab SMU itu pelan-pelan mulai memasukkan kont0lku ke mulutnya dan
“Ahh Rin, jangan kena gigi, rada sakit tuh, ok sayang?”
“Hmm, ho oh”, mengiyakan sambil tetap mengulum kont0lku.
Nah begini baru enak, walaupun masih amatir.
“Yess..” desahku menahan nikmat, terlihat semakin cepat gerakan maju mundur kepalanya.
“Mas, bolanya juga?” tanyanya lagi sambil menyentuh zakarku.
“Iya dong sayang, semuanya deh, tapi jangan kena gigi lho”. Dijilati dan diemutnya zakarku, setiap jengkal kemaluanku tidak luput dari jilatannya, hingga kemaluanku basah kuyup.
“Ahh..ohh..yes..” desahku dengan semakin menekan-nekan kepalanya.
Dimasukkannya batangku pelan-pelan ke mulutnya yang mungil sampai menyentuh tenggorokannya, kont0lku dikulum-kulum, divariasikan permainan lidahnya dan aku semakin menggeliat. Terkadang d siswi berjilbab itu juga menjilati lubang kencingku, diujung kepala kont0l, sehingga aku hampir melompat menahan nikmat dan geli yang mendadak. Dilanjutkannya lagi kocokan ke kont0lku dengan mulutnya. Pelan-pelan kubelai kepalanya yang masih terbungkus jilbab dan aku mengikuti permainan lidah Rina, kugoyangkan pantatku searah. Enak sekali permainan bibir dan lidahnya, Rina sudah mulai terbiasa dengan kejantanan cowok. Akhirnya, badanku mulai mengejang,
“Rin, aku mau keluar.. ohh ahh..” dan sengaja dipercepat kocokan kont0lku dengan tangannya.
Croott crot crot creet.. air maniku berhamburan keluar banyak sekali, sebagian kena wajahnya dan mengotori kacamatanya, dan sebagian lagi meluber di tangan Rina dan kont0lku. Rina sempat terkejut melihat pemandangan menakjubkan itu. “iihh… jijik… apa nih mas..?” katanya sambil mengernyit.
“ini namanya pejuh, Rin.. coba aja enak lho.. bisa menghaluskan kulit kalo dilumurin ke wajahmu..”
Dengan sedikit keraguan siswi berjilbab itu pelan-pelan menjilat air maniku yang meluber di kont0lku.
“Asin dan gurih, enak juga ya Ko?”, katanya sambil menelan semua spermaku sampai habis bersih dan kinclong.
Yang menyembur diwajahnya ia ratakan sehingga wajahnya mengkilap karena air pejuhku. Akus emakin terangsang melihat gadis berjilab melakuka nhal itu. Tanpa membuang waktu lagi, aku yang mempunyai stamina dan birahi yang berlipat segera kembali mendorong badannya agar bersandar di dinding kayu gubug itu. Bibirnya yang indah dengan lipgloss itu kulumat dengan penuh birahi. kurasakan siswi berjilbab itu mulai mendesah dan menggeliat menahan birahi. Kuremas-remas dadanya yang sudah menunggu dari tadi untuk dinikmati lagi. Kuraba-raba lagi mem3k si Rina, pinggangnya menggeliat menahan nikmat sekaligus geli yang demikian hebat sampai pahanya merapat lagi. Kembali kusingkapkan rok abu-abunya ke perutnya, setelah tadi sempat turun
lagi, sengaja tidak kupelorotkan CD- nya, karena aku ingin melihat pemandangan indah dulu. Wow, CD-nya pink tipis berenda dan mungil, sehingga dalam keadaan normal kelihatan jelas bulu-bulunya. Lalu aku berlutut didepan selangkangannya. Kakinya kubuka diiringi desahan tertahan gadis SMU berjilbab berwajah cantik itu. Tangan kirinya menutup mulutnya seakan berusaha menahan nafsu birahi yang tak tertahankan. Tangan kanannya ada
dipundakku, namun tidak berusaha menahan ketika aku maju dan mulai menjilati kedua pahanya dari bawah sampai ke pangkalnya, lalu kucium aroma lembab dan agak amis dari mem3knya yang membuat laki-laki manapun semakin bernafsu. Kujilat sekitar pangkal paha tanpa mengenai mem3knya, yang membuat Rina semakin kelojotan. Kupelorotkan CD-nya pelan-pelan sambil menikmati aroma khas mem3knya, lalu kujilat CD bagian dalam yang membungkus kemaluannya. Sesaat aku terpesona melihat mem3knya, bulunya yang tertata rapi tapi pendek-pendek, bibirnya yang gundul mengkilap terlihat
jelas dan rapat, di tengah-tengahnya tersembul daging kecil. Mem3k yang masih suci ini semakin membuatku bergelora, kont0lku mulai berontak lagi minta dipijat Rina. Mulutku sudah tidak sabaran untuk menikmati sajian paling lezat itu, lidahku mulai bergerilya lagi. Pertama kujilati bulu-bulu halusnya, rintihan Rina terdengar lagi. Terbukti titik lemah Rina ada di mem3knya, begitu siswi berjilbab itu menggerakkan pantatnya, dengan antusias lidahku menari bergerak bebas di dalam mem3knya yang sempit (masih aman karena selaput dara berada lebih ke dalam). Begitu sampai di klitorisnya (yang sebesar kacang kedelai), langsung kukulum tanpa ampun
“Akhh.. sstt.. ampuun… aduuhh.. enaaak.. stt” racau gadis perawan SMU berjilbab itu sambil menggeleng-geleng kepalanya yang masih terbungkus jilbab menahan serbuan kenikmatan yang menggila dari lidahku.
Dengan gerakan halus, kuusap-usap klitorisnya dan siswi berjilbab itu makin kelojotan dan tidak begitu lama terjadi kontraksi di mem3knya. Aku tau Rina akan klimaks lagi, makin kupercepat permainan lidahku. Sesaat kemudian, sambil tangan kirinya
semakin menutup mulutnya semakin erat,gadis berjilbab berseragam abu- abu putih itu menjerit sambil badannya meregang. Mengalirlah dengan deras cairan cintanya itu, tentu saja yang telah kutunggu-tunggu itu. Kujilati semua cairan yang ada sampai mem3knya mengkilap bersih, rasanya segar, gurih dan enak sekali. Beberapa saat, kubiarkan Rina istirahat sambil tersengal-sengal mengatur napas terduduk lemah dibangku panjang digubug itu, bersandar didinding. Aku duduk disebelahnya lalu kupeluk erat dengan mesra, kukecup keningnya, dan kedua pipinya. Sambil memandangku, wajahnya tersenyum malu. Nampak wajahnya merah padam setelah mengalami orgasme, serta malu karena melakukannya denganku. Aku menduga baru kali ini siswi berjilbab itu merasakan nikmat begitu dasyat, sampai lemas sekujur tubuhnya. Setelah nafasnya mulai normal, kuciumi bibirnya dengan lembut. “Nikmat sekali kan Rin? Ingin lagi? Masih kuat kan?” kataku dengan mencium bibirnya lagi.
Gadis cantik berjilbab itu hanya diam sambil memalingkan wajahnya, namun tidak ada penolakan dari tubuhnya. Kupalingkan lagi wajah cantknya menghadapku dan kucium rada lama bibirnya dengan lembut.
Pelan-pelan aku kembali memosisikan tubuhku dihadapannya. Kont0lku tepat berada didepan mem3knya. Kulepaskan celana dalam seksinya, lalu lambat- lambat kumajukan pinggulku, menggesekan kont0lku ke mem3knya. “Oh..hmm..” gadis manis berjilbab itu kembali mendesah bergairah, pasrah kusetubuhi ditengah hutan yang sunyi itu.
Baju seragam SMU nya sudah teronggok dilantai gubug, disamping celana dalamnya. Wajah gadis alim berjilbab itu yang pasrah membuatku nyaris tidak mampu mengendalikan birahiku.
Kulumat bibirnya dengan rakus, tanganku bergerak ke bawah dan menggenggam kont0lku, semakin intens
menggesek-gesekkan kont0lku ke mem3k ranumnya, membuat siswi berjilbab itu semakin menggelinjang karena rangsanganku. Sembari melumat bibirnya, tangan kiriku turun mengusap payudaranya dengan gerakan melingkar di bawahnya menuju ke arah puting lalu menyentil dan memilin pentil gadis cantik berjilbab itu. Kemudian gantian punggungnya kuusap dengan usapan ringan sampai siswi berjilbab itu merasa kegelian. “Ohh.. Maas.. auughh.. gelii… Nikmat Maas..!!”
tangan kanan gadis berjilbab itu mencengkeram erat pundak kiriku sampai membuat pundakku lecet karena kukunya, sementara secara refleks tangan kirinya mulai ikut meremas-remas buah dada kirinya.. kakinya membuka lebar melingkar dipingganggku. Tatapan gadis berjilbab itu sayu, dikuasai sepenuhnya oleh nafsu birahi. nafasnya memburu. Siswi berjilbab itu memejamkan matanya. Desahan dam rintihannya semakin keras ketika kuciumi kening, pipi dan kujilat dan kugigiti daun telinganya dari
luar jilbabnya. “Rina, tahan yaa.. mas akan kasih kenikmatan buatmu.. tapi awalnya bakal sakit sedikit.. tapi kalo dah kebiasa pasti enak kok..”kataku menenangkan gadis manis berjilbab lugu itu yang akan kurenggut keperawanannya.
“mmhh… pelan yah mas.. Rina takut..” desahnya, namun tanpa penolakan karena sudah pasrah 100%.
Dengan birahi yang sudah di ubun- ubun, aku mengangkat sedikit pantat Rina, untuk memberi posisi nyaman pada persetubuhan ini. Kupegangi kedua belah pahanya dan semakin kubuka kakinya lebar-lebar. Terlihatlah belahan mem3knya agak kehitaman dengan bagian dalam yang kemerahan, dihiasi rambut tipis. “Aahh..”, Rina melenguh panjang, badannya goyang kekanan kekiri, kuberikan rangsangan tambahan.
Kujilati pusar dan perutnya, lalu ke paha dan betisnya. Kugigit dekat pangkal pahanya sampai memberkas merah.
“Mass.. Kamu.. Oh.., sudah.. Rina nggak tahan..”.
kutatap wajahnya dengan tatapan menenangkan. Matanya sayu pasrah. Ia
menggigit bibir bawahnya berusaha menahan birahi dan mempersiapkan diri
pada rasa sakit yang kukatakan akan dirasakannya. Susah payah kumasukkan kont0lku yang sudah keras dan besar ke mem3knya yang becek, dan.. Blesshh.. “Ouuhh.. Ohh..”.
Aku mulai memasukan kont0lku ke liang mem3knya pelan-pelan. Sulit sekali memasukan kont0lku ke liang mem3k gadis manis berjilbab itu saking rapatnya. Rina berteriak,
“Ahhh… sakiiittt mas!” Aku yang tidak peduli karena sudah terlanjur nafsu memulai melakukan gerakan maju- mundur dengan pelan-pelan.
Gadis berjilbab bertubuh sekal itu membalas dengan menjambak rambutku. Aku terus melakukan genjotan terhadap mem3knya yang sangat nikmat itu… “Ahhhh… sakittt mas..”, aku mulai mempercepatkan gerakan maju- mundur. Rina berteriak,
“Ahhhhhhhh”, aku mengeluarkan kont0lku dari mem3knya dan langsung keluarlah darah segar mengalir dari mem3k Rina turun ke pahanya, dan membasahi bangku tempat kami bersenggama. . Setelah beristirahat beberapa helaan nafas, kembali kutekan pantatku perlahan dan dengan pelan dan teknik maju mundur yang membuat Rina semakin kelojotan, akhirnya masuklah semua kont0lku ke dalam mem3k sempit legit gadis SMU berjilbab itu. “Aahh.. Mas.. aduh Maas..sakit tapi enaakk.. aduuhh.. lagii..” gadis berjilbab berparas cantik dan lugu itu meracau dan mendesah mulai keenakan. Mem3knya mulai terbiasa dihujam kont0lku.
Rina menaikan pantatnya dan aku menekan lagi pelan-pelan, terus berlangsung beberapa lama, kian lama kian cepat.
“aduuhh.. Rina mau enak lagiihh..” Rina mem3kik.
Aku semakin kencang mengocok mem3knya dengan kont0lku. Siswi berjilbab itu diam sejenak sambil memegang lenganku.
“Sudah keluar lagi Rin?”
“Sebentar lagi.. Ohh..” jawab Rina Secara tiba-tiba kugerakkan pantatku maju mundur agak memutar dengan cepat, batangku terasa mau patah. Rina kelojotan sambil melejang-lejang nikmat.
“Ah..”. Rina meremas remas payudaranya dan menggigit jarinya sendiri dan matanya terpejam.
Jepitan kaki di pinggangku menguat. Dinding mem3k gadis cantik berjilbab itu terasa menebal sehingga lubangnya menjadi lebih sempit. Siswi berjilbab itu memelukku dan mengulum bibirku,
“An.. Mas.. Aku.. Hggkk.., Ahh.. Nikmatt..” Rina bergerak liar. Kutekankan kont0lku dalam-dalam dan kurasakan denyutan di dinding mem3k serta dasar rahimnya. Kont0lku terasa disiram cairan yang hangat. Kutekan tyubuhnya didinding gubug dengan tubuhku. siswi berjilbab itu masih terus mengejang dan menggelinjang menikmati orgasmenya. Kubiarkan kont0lku terendam dalam cairan mem3knya. siswi berjilbab itu mendesah
dan merintih penuh kenikmatan. Kami diam sejenak. Kuberikan kesempatan untuknya beristirahat dan mengatur nafasnya. Matanya masih tertutup. Sejenak kurangsang mem3knya dengan gerakan pada otot kemaluanku. siswi berjilbab itu mendesah dan membuka matanya. Dikalungkannya kedua tangannya pada leherku. “Rinaa.. sekarang giliran mas yaa..” kataku berbisik. siswi berjilbab itu mengangguk.
Masih tersisa orgasmenya, dengan tubuh yang masih bergetar2. Kugerakkan lagi pantatku maju mundur
dan memutar. Perlahan-lahan dan semakin lama semakin cepat. Kurasakan mem3knya lebih becek dari semula, namun aku tidak mau menghentikan permainan untuk mengeringkannya. Gesekan kulit kont0l
dengan dinding mem3k gadis manis berjilbab itu masih terasa nikmat. Gairah siswi cantik berjilbab itu mulai bangkit lagi. Iapun mengimbangi gerakanku perlahan-lahan. Setelah beberapa saat kemudian gerakannyapun juga semakin cepat. Kutarik pantatku sampai tinggal kepala
kont0lku saja yang menyentuh bibir mem3knya, dengan gerakan cepat dan bertenaga kuhempaskan lagi ke bawah. Badan siswi cantik berjilbab itu terguncang. Kurapatkan pahanya, kemudian kakiku menjepit kedua kakinya. Aku menurunkan tempo permainan sambil beristirahat sejenak. Sesaat kemudian kukembalikan pada tempo semula. Aku hanya menarik turunkan kont0lku sampai setengahnya saja. Jepitan mem3k siswi cantik berjilbab itu lebih terasa. Kurasakan aliran darah di kont0lku semakin cepat. “Rina.. Aku mau keluar..”.
“Tunggu.. Kita bareng.. a.. nn mas..”
Kukangkangkan kaki siswi cantik berjilbab itu kembali. Kedua betisnya kujepit di ketiakku. Dalam posisi demikian maka mem3knya terbuka lebar sekali.
“Mas Wawan..”. Tubuh Rina menegang.
“Rina aku juga.. Mau.. Ohh..”.
“Ahh.. Nikmatt”. Cairan mem3k siswi cantik berjilbab itu bertambah banyak, sementara itu ujung kont0lku berdenyut denyut. Tubuhnya bergerak seperti kuda Sumbawa yang melonjak-lonjak liar.
“Rina.. Oh.. nih ku kasih pejuh… nikmatin
sayaannghhh..”
Dan kemudian.. Crot.. Crot.. Crot.. kutumpahkan spermaku di dalam guanya sampai menetes-netes keluar.
“Tahan sebentar.. Ahh..”.
Gadis cantik berjilbab itupun mendapatkan orgasmenya setelah berusaha sesaat sebelum kont0lku berhenti menyemprotkan pelurunya. Kutekankan lagi kont0lku, denyutan pada otot-otot kemaluan kami saling memberikan kenikmatan ekstra. Aku berguling ke samping. Kami berpelukan dengan badan bersimbah keringat. Jilbabnya basah karena keringat kami berdua. Sungguh nikmat bercinta dengan gadis perawan. Setelah beristirahat beberapa saat, kami segera membenahi baju kami dan keluar dari hutan. Kembali kukecup mesra kening dan bibir gadis manis berjilbab itu. Kuminta ia meminum pil anti hamil yang selalu kubawa, dan memberinya 3 lembar seratus ribuan untuknya.
Tidak lupa kuantarkan dia kembali kerumahnya karena jam sudah menunjukkan pukul 12 siang dan kuminta nomor Hpnya, kali aja aku kangen dengan jepitan mem3knya.

Selasa, 12 Juni 2012

Ngentot Memek Tante Enak Banget Di Seks


Cerita seks indonesia akan coba memberikan cerita sex terbaru lagi tentang ngenttot memek emang enak sekali di seks. Yuk kita simak ceritanya berikut ini.
“Halo dengan toko powell komputer?”
“Iya halo juga,” suara laki-laki menyambut diseberang
sana.
“Maaf dengan siapa saya bicara?”
“Dengan Didit, bisa saya bantu?”
“Komputer saya error nih windowsnya bisa dibantu?”
“Oo bisa””Kapan Didit bisa ke tempat saya untuk service?”
“Sekarang juga bisa”
“Ok kalau gitu saya tunggu. Alamatnya di..”
“Ok saya langsung kesana”
Sebenarnya beberapa saat lagi aku harus pergi ke pesta sehingga aku harus siap-siap merias wajah dan berpakaian pesta. Saat itu aku mengenakan gaun backless cukup pendek yang diikat tali dibelakang leher berwarna pink sehingga memamerkan bagian paha aku yang cukup membuat laki-laki menelan air liurnya. Selain memamerkan paha saya, punggung saya terbuka hingga lekukan pinggang. Setiap orang yang melihat pasti tahu kalau saat itu saya tidak mengenakan bra sama sekali. Tapi saya mengenakan CD g-string berwarna pink serta sarung tangan panjang warna putih sampai di siku lengan.
Terkadang saya suka khawatir kalau ada mata yang menatap lekat bagian pangkal paha saya, karena saya membiarkan semua yang tumbuh disana liar tanpa sentuhan tangan manusia sama sekali. Sepatu hak tinggi berwarna putih juga menghiasi kakiku yang cukup serasi dengan warna putih juga.
Setelah selesai aku duduk di sofa menunggu kedatangan Didit sambil nonton TV dan menghisap rokok marlboro hijau. Dan tidak lama kemudian aku mendengar ketukan dipintu.
“Siapa??”
“Maaf apa ini dengan Tante Eliza?”
“Iya betul,” kujawab sambil membukakan pintu apartment.
“Anda siapa?” kutatap seorang pribumi yang lebih tinggi sedikit dari aku dan berkulit agak kehitaman. Kulihat dia agak sedikit bingung dengan penampilan diriku.
“Ehmm saya dari Powell Komputer”
“Oh silakan masuk,” sambil menutup pintu dan berjalan mendekati komputer yang ada di ruang tamu dekat dengan sofa.
“Ini komputernya yang error”
Dari caranya berjalan dan tutur katanya, aku dapat menilai kalau dia sedikit pangling dan grogi berdekatan dengan diriku. Setelah tiba di hadapan komputer, dia langsung menekan tombol power dan berkata.
“Saya cek dulu Tante”
“Silahkan”
Kemudian aku duduk di sofa dan melanjutkan nonton fashion TV. Aku tidak menyadari kalau sesekali matanya melirik ke aku yang mengenakan gaun sexy itu. Aku menumpangkan kaki kiri ke kaki kanan sehingga bagian bawah gaun aku sedikit tertarik keatas, membuat paha aku semakin nikmat ditonton oleh laki-laki pribumi itu.
“Ehmm Tante bisa nggak komputernya diformat, soalnya harus diinstall lagi”
Aku tahu dari awal bahwa memang dia ingin menatap tubuh aku yang sintal bukan untuk menanyakan hal itu. Akhirnya aku mempersilahkan duduk di sofa tempat dimana aku duduk di sebelahnya karena aku tidak terbiasa berbicara dengan berteriak.
“Ehmm iya Tante” dia berjalan sambil menatap paha aku yang terlihat sangat mulus sekali.
“Berapa lama untuk install komputer?”
“Paling lama 2 jam Tante, kalau boleh tahu memang kenapa Tante??”
Dia mencoba untuk memperbanyak omongan karena dia masih ingin duduk di dekatku yang mengeluarkan bau harum sekali.
“Soalnya Tante harus segera pergi ke pesta 15 menit lagi”
Aku menurunkan kaki dan mengambil minuman di meja dengan setengah membungkuk.
“Didit mau minum apa?” kulihat dia tampak bingung dengan pandangan tertuju ke kakiku.
“Mau Tante”
“Air putih atau soft drink”
“Terserah Tante aja”
Aku kemudian meneguk minuman di gelas dan meletakkan di meja sambil mengambil bungkusan rokok marlboro dan mengeluarkan isinya. Kemudian sebatang rokok terselip di bibir aku dan aku tampak kebingungan mencari korek yang tertinggal entah dimana. Didit melihat aku mencari korek yang tidak ketemu, kemudian dia langsung menyodorkan zippo.
“Nich Tante”
Kumemajukan sedikit tubuhku sehingga gaunku yang belahan dadanya rendah memamerkan tetekku yang tidak memakai BH. Setelah rokok tersulut aku lemparkan senyum kecil.
“Makasih dit,” sambil menghembuskan asap rokok.
Aku tahu persis jika Didit saat itu terpesona dengan tetek yang menantang di dadaku itu.
“Kalau mau ngerokok isap saja,” aku mengambil bungkus marlboro hijau dan membukanya tapi ternyata kosong.
“Ehhmm saya ada Tante, saya suka yang merah” matanya tetap melalap tetekku dengan tidak peduli kalau aku melihatnya.
“Sebentar ya dit Tante ambil minuman dulu”
Aku berjalan ke dapur dengan melenggak-lenggokkan bongkahan pantatku yang aduhai ini.
“Iya Tante,” jawabnya dan aku yakin sekali kalau Didit melihat pantatku yang melenggak lenggok itu.
Aku kembali membawa sekaleng coke dan sedotan kemudian duduk di sebelah kiri Didit, tanpa kusadar posisi dudukku sangat dekat sekali dengannya. Kuberikan minuman itu ke tangannya.
“Makasih Tante, kirain mo dikasih minuman yang seger-seger Tante,” katanya sambil tersenyum.
“Didit bukannya bilang dari tadi, minuman apa yang Didit mau?” kupancing arah pembicaraannya dengan sedikit menjurus sambil mengikat rambutku yang panjang dengan model ekor kuda sehingga memamerkan ketiakku yang mulus tanpa bulu itu.
“Minum susunya,” jawab Didit yang mulai mencoba menggoda aku.
Yang terbersit dalam pikiranku saat itu adalah pasti Didit berpikir kalau ketiak aku saja mulus apalagi sesuatu yang tersembunyi di dalam selangkanganku.
“Sorry Dit, Tante belom belanja ke supermarket jadi nggak ada susu” jawabku pura-pura dan kembali menghisap rokok sampai pipiku terlihat kempot.

Ada kok Tante” matanya melirik ke tetekku.
“Tadi Tante nggak ngeliat di kulkas ada susu,” jawabku semakin ingin tahu adakah rasa keberanian laki-laki pribumi ini terhadap seorang wanita chinese yang begitu aduhai.
Kemudian aku melanjutkan mengikat rambut dengan kedua tangan, tapi rokok tersebut masih melekat di bibirku.
“Ada Tante masa Tante nggak sadar sich kalau ada?” jawab Didit sekenanya karena aku yang selalu menantang terus.
Kusudahi sandiwaraku dengan menjawab, “Iihh Didit.. Ini kan punya
Om” aku sambil tersenyum kecil.
“Oo punya
Om yahh.. Kalau saya minta dikit gimana Tante” sambil tersenyum nakal.
“Nggak boleh, nih kalau mau keringat di ketiak Tante” tangan kiriku menunjuk ketiak kanan yang masih terpampang jelas karena belum selesai mengikat rambut.
“Nggak apa-apa Tante asal ada bonusnya aja,” jawabnya yang semakin bersemangat.
“Apa sih bonusnya”
Aku mulai tersenyum binal. Aku saat itu sudah tidak ingat daratan lagi, karena selama ini aku selalu tidak mendapat kepuasan baik dari suami ataupun pacarku sebelum aku married yang keturunan chinese. Hari ini aku ingin mencoba kemampuan seorang pribumi yang pekerjaannya hanyalah sebagai teknisi. Perlu diketahui bahwa apartment itu adalah apartment yang kubeli secara sembunyi-sembunyi, sehingga suami aku, orang tuaku dan saudaraku tidak mengetahuinya.
“Susu itu tadi Tante”
“Susu nggak boleh Dit, kalau mau keringat ketiak Tante nih”
“Masa nggak dapet bonusnya Tante?”
“Nggak ada bonus, hihihi” jawabku sambil tertawa kecil.
Aku tahu persis Didit sedang berusaha bagaimana caranya agar mendapatkan tetekku.
“Iya dech asal ketiak Tante mau dielus-elus” sambil tersenyum.
Aku mematikan rokok di asbak dan kembali bersandar sambil mengangkat kedua tanganku dan menekuk meraih sandaran sofa.
“Mau elus yang kiri, tapi jilat yang kanan” saat ini aku memang sudah terbakar untuk mereguk kenikmatan dari pribumi ini.
“Yang bener nich Tante?”
Didit mulai meraba ketiakku sampai mendekati tetekku yang sebelah kanan.
“Gelii Ditt” aku mulai merasa geli sambil menggeliatkan badan dan kedua tanganku yang memegang sandaran sofa mencengkram erat sekali.
“Achh nggak apa-apa kok Tante” sambil terus mengelus-elus ketiak kanan dan mulai melebar hingga mencapai pinggiran tetekku yang kanan.
“Udah Ditt gelii” badanku mulai melenting-lenting kedepan sehingga kedua tetekku semakin tampak menantang yang berukuran 34B ini.

Kan belum dijilat Tante, masa mau udahan” tangan kiriku berusaha mendorong tangan Didit yang masih berada disekitar ketiak dan pinggiran tetekku.
“Udah deh gelii Tante nggak tahan” tangan kananku mulai merengkuh bahu kanannya.
Kemudian Didit mengubah posisi dari jilatin ketiakku sampai pinggiran tetekku yang masih berlapiskan gaun satin itu dan memainkan lidahnya di pinggiran tetekku.
“Didit udah dong Tante kegelian nih”
Tangan kanannya yang sedang asyik mengelus-elus ketiak kiriku mulai ada dipinggiran tetekku yang sebelah kiri sambil meremas-remas lembut tetek kiriku. Aku tertawa menahan rasa geli yang teramat sangat sambil tangan kananku meremas-remas rambut Didit yang licin karena aku menggunakan sarung tangan yang terbuat dari bahan licin.
Didit tampaknya tahu kalau aku mulai terangsang maka kedua tangannya saat ini sedang meremas-remas lembut kedua tetekku.
“Sebentar lagi enak kok Tante”
Lidah dan bibir tidak ada henti-hentinya mempermainkan ketiak kanan plus pinggiran tetek kananku sehingga kepalanya terjepit di sela-sela ketiak kananku yang memegang bahunya sambil meremas-remas kaos yang dipakainya karena menahan geli. Saat itu aku ingin tahu kelanjutan keberanian Didit untuk menikmati tubuhku yang mulus ini dengan berusaha bangkit berdiri.
“Udah stopp!!”
Ternyata Didit menahan tubuhku untuk berdiri, kedua tangannya semakin liar meremas-remasnya dikedua tetekku yang masih terbungkus gaun satinku. Kemudian mulutnya pun mulai mengarah ke tetek kananku. Tangan kiriku mendorong kepalanya dan tangan kananku menampar pipi kanannya.
“Plakk!!”
“Apa yang Didit lakukan hah!!”
Aku mencoba berpura-pura, dan menunggu keberaniannya untuk menikmati wanita chinese yang selama ini tidak pernah diperlakukan atau disentuh oleh laki-laki pribumi apalagi seperti Didit yang hanyalah seorang teknisi. Ternyata tindakanku tadi membuatnya semakin garang. Kedua tangannya kembali hinggap dan meremas-remas tetekku dua-duanya, terkadang memainkan puting dari luar gaun satinku.
“Oohh Ditt.. Ampunn jangan terusinn Tante mau ke pestaa” kata-kataku mulai terbata-terbata menahan rasa tegangan yang mulai mengalir ke ubun-ubun.
“Kita pesta sendiri saja Tante”
Tangan Didit masih memainkan kedua putingku, dan mulutnya bergerak semakin mendekat ke tetek kananku. Didit mulai membuka ikatan gaun satinku yang berada dibelakang leher agar mulutnya dapat melahap bebas kedua tetekku yang tidak memakai BH. Setelah gaunku merosot hingga ke perut mulutnya langsung mengulum habis tetek kananku yang terlihat putingnya berwarna merah kecoklatan.
“Sshh bajingan kamu Ditt..”
Aku mulai mendesah keenakan. Lidahnya bergerak dengan lincah memainkan puting tetek kananku itu. Sedangkan tangannya yang satunya meremas-remas lembut tetekku yang sebelah kiri.
“Bajunya jangan diberantakin Dit.. Sshh.. Nanti Tante harus pergii.. Oohh”
Setelah puas dengan tetekku yang kanan mulutnya pindah ke tetek kiriku. Sedangkan tetekku yang kanan dimainkan dengan tangan kirinya.
“Suka ngisep tetek cina Ditt sshh” kupancing Didit dengan kata-kata yang menggairahkan sambil kedua mataku terpejam.
“Suka banget Tante” Didit semakin kuat menyedot-nyedot tetek kiriku.
“Pernah ngentotin wanita cina nggak Ditt aahh”
“Belum Tante..”
Kedua tanganku meremas-remas rambut Didit yang terasa sangat licin karena sarung tangan satin yang kupakai. Tangannya berpindah meraba dari perut sampai bagian bawah gaunku yang sudah tersingkap kemana-mana. Didit mengelus-elus terus paha kananku bagian dalam. Sedangkan mulutnya pun tidak pernah diam untuk memainkan tetek kiriku.
“Kalau mau ngentotin cina, Tante kasih waktu 10 menit Dit.. Mmhh” aku meregangkan kedua pahaku sehingga terbuka lebar.
“Nggak cukup Tante..”
Tangannya mulai semakin keatas paha bagian dalam, hingga tangannya menyentuh CD g-string ku. Jari tengahnya mencoba bermain diatas CD g-string ku.
“Harus cukup Ditt.. Sshh oohh.. Besok bisa dilanjutin lagi.. Mmhh” sambil terpejam nikmat.
“Maunya saya sekarang Tante”
Tangannya mulai mengelus-elus lembut diatas CD g-string ku yang mulai basah. Kadang mengelus-elus kadang Didit menekan-menekan sedikit pas diatas memekku yang berjembut lebat sehingga CD g-string ku tidak dapat menutupi lebatnya jembutku ini. Jembutku yang tidak tertutup CD g-string ku juga sesekali terkena usapan.
“Tante harus pergi.. Sshh.. Kalau tidak pergi.. Besok Didit nggak bisa ngentotin Tante lagi.. Oohh..” rangsangan yang kudapat begitu hebatnya.
“Besok yah besok Tante, sekarang kita ngentot aja” tangannya masih terus mengusap memekku dari luar CD.
Didit semakin memberanikan diri, bukan tangan saja, tetapi jari-jarinya dimasukin ke CD g-string supaya menyentuh langsung ke bibir memekku.
“Sshh Ditt.. Tante bisa digampar
Om kalau nggak pergi sekarang.. Makanya tolong Tante.. Mmhh.. Kalau mau entotin Tante.. SEKARANG!!” aku berteriak saking tidak dapat menahan rangsangan.
“Ok Tante”
Didit mulai menarik CD g-string ku hingga lepas, tapi aku tetap mengenakan sepatu hak tinggiku. Posisiku saat itu masih bersandar disofa dengan pakaian yang sudah tidak karuan lagi. Didit menatap kawah yang sudah amat sangat basah itu dan tercium bau harum ciri khas memek.
“Bentar Tante aku mau bikin Tante semakin horney lagi..”
“CEPETAN BAJINGAN,” teriakku semakin tidak sabar.
Mulutnya mulai menciumi dari paha dan akhirnya tertuju ke terminalnya atau memekku. Lidahnya langsung menyentuh pinggiran memekku.
“Aahh,” aku berteriak sambil menggeliat.
Akhirnya Didit mulai menjilat memekku dari bagian pinggir. Tanganku menarik kepalanya semakin dalam terbenam di selangkanganku. Sesekali mulutnya menyedot-nyedot bagian dalam memekku.
“Aahhnjingg enakkhh”
Aku meremas rambutnya dengan dua tanganku yang memakai sarung tangan. Lidahnya mulai bermain di itilku yang sudah membesar itu sambil terkadang disedot-sedot.
“Bajingann.. Terussinn aahh cepett”
Badanku menggeliat-menggeliat tidak karuan ke
sana kemari. Lidahnya terus bermain didalam memekku, kedua tangannya juga mengangkat kedua kakiku agar mudah lidahnya menjilati setiap bagian dari memekku. Dia trus bermain di memekku dengan rakusnya. Tangan Tante kiriku akhirnya memegang betis kiri dan tangan kanan memegang betis kanan sehingga kedua kakiku saat itu terangkat keatas membentuk huruf V untuk memudahkannya melahap habis memekku.
“Terusshh” aku semakin bernafsu karena selama ini aku belum pernah merasakan dijilat memeknya. Didit terus menjilat memekku yang sudah basah sekali dari bawah keatas, dari atas kebawah terus diulang-ulang. Badanku tergetar-getar dan kepalaku menggeleng terus ke kiri dan kekanan, sedangkan pinggulku berputar-putar.
“Tantee udahh nggaak tahaann oohh”
Lidahnya menerobos masuk ke dalam memekku lalu ditarik lagi, itu terus dilakukannya berulang-ulang, dengan diselingi sedotan ke memekku. Aku yang tidak kuat menahan kenikmatan ini akhirnya kedua kakiku menjepit kepalanya dan tanganku menggapai langit-langit yang tidak bisa diraih sedangkan badanku membusung kedepan. Aku lalui orgasme dengan teramat sangat indahnya yang melambungkan diriku ke impian yang selama ini tidak pernah kudapatkan. Semburan demi semburan terus keluar dengan tubuhku yang berkelojotan.
Didit tahu kalau aku sudah orgasme, sehingga Didit semakin kuat menyedot-nyedot belahan memekku.
“Aahhnjingg bangsatt oohh enakk”
Memekku basah kuyup setelah orgasme yang begitu deras. Lidahnya ternyata belumlah berhenti memainkan itilku, tangan kirinya meremes-meremes tetek kananku. Tubuhku masih tersandar disofa dengan gaun yang masih terpakai tapi sudah tersingkap kemana-mana. Karna basahnya teramat sangat, gantian tangan dengan kedua jarinya bermain dipinggiran memekku.
“Cepet Dit kalau mau ngentot.. Mmhh.. Sisa waktu Tante tinggal 5 menitt.. Sshh”
Kedua pahaku masih berada di bahunya kiri dan kanan. Tangannya masih mengusap-mengusap memekku, kadang Didit memainkan itilku dengan jari-jarinya. Aku mencoba berdiri sehingga kepalanya terjepit diselangkanganku. Gaun bagian bawah turun menutupi wajahnya, sedangkan gaun bagian atas kurapikan dengan mengikat kembali simpul dibelakang leherku.
Posisi seperti ini membuat mulutnya pas berada dibawah memekku, dan Didit memberikan sedotan yang kuat. Aku mencondongkan tubuh Sedikit kedepan karena tidak kuat menahan sedotan di memekku. Tangan kananku menekan kepalanya yang tertutup bagian bawah gaun satinku. Didit mengulangi lagi sedotan itu cuma sekarang yang jadi sasarannya adalah itilku yang kena disedot.
“Ahhnnjingg.. Enakkhh..” aku tidak kuat akhirnya menahan tubuh dengan kedua tangan diatas meja tamu sehingga posisiku jadi menungging. Lidahnya bergoyang menikmati itilku kekanan kekiri, sedangkan tangannya mengelus-elus pahaku.
“Entotin Tante Ditt.. Tante udah nggak tahannhh..” setengah berteriak sambil mendesah kuat. Tangannya mengelus puserku, mulutnya masih asik bermain dimemekku.
“Buka celananya Ditt.. Tante mau lihat kontol.. Sshh oohh”
Aku sudah tidak sabar ingin melihat kontol yang selama ini terbayang begitu besar dan kuat.
“Ok Tantee..”
Didit sambil mempermainkan memekku, kemudian dia berdiri untuk membuka celana dan CD nya sendiri. Didit langsung mengacungkan kontolnya yang sejak tadi ngaceng keras. Aku melihat kontol yang begitu besar dengan nafsunya karena tidak seperti kontol biasa, memekku sudah gatel sekali rasanya ingin dientot oleh kontol itu.
“Duduk Dit di sofa.. Please” aku mencoba untuk memohon.
“Yupss..” Didit langsung duduk di sofa dengan kontolnya berdiri tegak seperti monas.
“Baju Tante jangan dibuka ya dit..”
Aku masih berdiri dan meremas-remas kedua tetekku dengan tanganku yang terbungkus sarung tangan.
“Nggak apa-apa Tante..”
Tangannya kembali menerobos masuk dari bagian bawah gaun satinku dan mulai mengelus-elus memekku lagi. Aku menampar pipi kanannya dengan tangan kananku. Plakk!!
“Bajingan kamu Ditt sshh”
Aku langsung mengangkat gaun satin bagian bawah dan berlutut disofa diatas kontolnya. Jari tengahnya berusaha masuk dan akhirnya bisa walau sedikit menembus ke memekku. Didit langsung mengobok-obok isi memekku. Serangan tiba-tiba membuatku tidak kuat dan dengan kedua tangan bertumpu di bahunya.
“Aahhnjingg sshh” aku mendesah keenakan.
Tangan satunya membuka gaun satinku bagian atas, mulutnya langsung mengulum tetekku. Tangannya terus bermain di dalam memekku.
“Aahh” aku membekap kepalanya sehingga terbenam di tetekku.
Mulutnya terus menyedot-nyedot tetekku. Tangan kiriku menggapai kontolnya lewat belakang pantatku. Memekku yang dimainkan dengan jari-jarinya membuat memekku mulai basah kembali. Aku mencoba meremas-remas kontol yang gede dan hitam itu.
“Achh pelan-pelan dong Tante” Didit keenakan dan semakin kuat mengobok-obok memekku sambil memainkan itilku.
“Sshh masukin Ditt.. Tante mau kontol.. Pleasee” aku semakin tidak sabar untuk dientot sama Didit.
“Ok Tantee” Didit mulai naik sedikit agar kontolnya bisa masuk ke memekku.
“Achh” aku merasakan kepala kontolnya masuk dan ditarik kembali. Dan kontolnya dimainkan diatas memekku dulu, Didit sentuh-sentuhkan ke itilku.
“Masukin bangsatt!! Oohh” memekku terasa semakin gatal dan aku menjadi wanita binal dibuatnya.
“Yupss” Didit kembali memasukan setengahnya lalu diputar-diputar kontolnya, dan ditarik sedikit lagi.
“Seret Tantee.. Memek Tante masih sempitt achh..”
Didit mulai meracau tidak karuan. Aku tidak kuat menahan kontol yang begitu besar masuk ke memekku. Aku langsung melampiaskan dengan mengulum bibirnya dengan buas sambil meremas-remas rambutnya.
“Mmhh” aku bergumam menikmati sodokan kontolnya yang begitu nikmat. Didit langsung menekan kontolnya lagi dan bless..
“Aduhh enak banget memek Tantee achh” Didit berteriak kenikmatan karena ini yang pertama kali baginya ngentotin memek cina.
“Aahhnnjingg!! Ennakkhh!!”
Kemudian aku mengulum bibirnya dengan lembut. Didit menarik pelan-pelan kontolnya, lalu mendorong lagi kontolnya. Sedangkan lidahnya bermain di mulutku. Terkadang Didit bergerak memutar pantatnya agar kontolnya ikut bergoyang dimemekku. Aku mengimbangi putaran kontolnya dengan berlawanan arah.
“Ditthh.. Sshh..” aku mendesis merasakan kontol yang begitu penuh berputar-putar di dalam memekku. Didit bergoyang kekanan dan kekiri sambil memaju mundurkan pantatnya.
“Sshh Tante enak banget Tantee truss Tantee” erangannya karena aku menggoyangkan pinggul maju mundur kadang berputar sambil memainkan otot dimemekku.
“Sshh Ditt.. Mmhh”
“Achh Tante truss enak Tantee”
Didit rupanya sangat ketagihan dengan permainan memek yang kulakukan terhadap kontolnya. Aku kembali mengulum bibirnya dengan lembut. Sedangkan Didit mengimbangi goyanganku sambil tangannya meremas-remas tetekku, kadang sambil memainkan putingku.
“Terusshh Ditthh kontol kamu enakkhh sshshh”
Aku benar-benar ketagihan dibuatnya, kemudian aku sedot-sedot lidahnya. Diditpun tak ingin kalah dengan menyedot juga lidahku. Tangannya mash menempel di putingku sambil memainkan dengan jari-jarinya yang kasar. Aku bergerak naik turun semakin cepat karena memekku sudah basah sekali sehingga jalan keluar masuknya kontol menjadi lancar sekali.
“Ayo Ditt.. cepet keluarinn hhss” aku yang sudah berada diujung titik kenikmatan berteriak sambil mengangkat kedua tanganku keatas meremas-remas rambutku sendiri. Kemudian tangannya meremas-remas kuat di tetek ku karena Didit tahu kalau aku akan keluar.
“Iyahh tanntee truss Tante enakk” sambil kadang tangan yang satunya mengelus-elus perutku yang mulus.
“Achh enak Tantee memek Tante enak sekalii”
“Ini memekhh apa Dittsshh..” aku bergerak naik turun dan memutar semakin gila.
“Memek yang enakk Tantee memek chiness Tantee achh”
Diditpun terbawa dengan liar menggerakkan pantatnya.
“Cephheett Ditthh kita keluar barengghshshh”
Aku merasakan nafsu sekali dikatakan memek cina, sehingga aku sudah tidak kuat menahan detik-detik yang teramat sangat indah itu selama hidupku.
“Ok Tantee okkhhss”
Aku menekan kuat memek kebawah dan menggesekkan maju dan mundur dengan cepat. Kedua tanganku terus meremas-remas rambutku sendiri sehingga berantakan. Karena permainanku yang hot ini otot-otot seluruh tubuh Didit tampak bergerak disuatu tempat untuk melakukan finishingnya.
“Ayoo tanttee kita main yang lebih hottss”
Didit meremas tetek ku dan memainin putingku dengan kedua jarinya sambil menjepit-menjepit putingku.
“Diditt bangsshhaat teerruss!!” teriakku semakin binal sambil memutar-memutar kontol Didit yang terbenam penuh di memekku.
“Accduhhss enakss Tantee” Didit mulai menyedot-nyedot putingku bergantian.
“Cepett Ditthh semprott pejunyaa sshh!! tanthhee udahh gaa tahhaann!!” teriakku semakin kencang kemudian aku mengulum bibirnya dan menekan kepalanya sehingga rapat sekali wajahku.
“Tahan bentar Tantee” suaranya kacau akibat bibirku itu mendekati bibirnya.
Setelah deket langsung Didit langsung menyantap bibir sexy yang kumiliki. Tak lepas pantat dimaju-mundurkan kadang bergoyang yang semakin cepat gerakannya. Aku melawan terus dengan memainkan otot memekku sekuat tenaga agar Didit orgasme. Tubuhku terus menggeliat karena nikmat yang tiada
tara ini.
“Tantee truss achhss ayo Tante kita keluarinn Tante dah mo muncrat lomm Tantee achh” teriaknya yang udah mulai kewalahan tidak dapat menahan lebih lama lagi untuk orgasme.
“Aahhnnjinngg” aku bergoyang dengan amat sangat liar dan akhirnya tubuhku mulai menggelepar-gelepar.
“Ayo dit Tante mau keluarr”
“Ayokk Tantee keluarin didalemm yah Tantee achss”
“Aasshh”
Akhirnya titik puncak itu dapat kuraih dengan begitu indahnya selama hidup ini. Tubuhku mengejat-mengejat Sambil memeluk Didit erat sekali. Anganku melayang jauh merasakan gelombang orgasme yang sedemikian hebat yang belum pernah kurasakan sebelumnya dengan kontol ini.
“Achhzz” Didit menyemprot begitu kuat dan derasnya didalam memekku. Crot berulang-ulang.
“Aahhmmhh” aku kembali bergumam di alam mimpi yang indah ini.
Bibirnya mengecup bibirku yang ranum dan aku langsung mengulum bibirnya dengan liar sambil memeluknya yang tercium bau aroma khas itu. Tangannya mengelus tetekku lembut.
“Memek Tante enak sekali yahh gilee bener Tante uueennaakk Tante” bisiknya perlahan dengan napas yang masih terengah-engah.
“Dit Tante puas sekali hari ini” aku tersenyum dan berbisik ditelinganya sambil tetap memeluk tubuhnya kemudian mengecup bibirnya dengan lembut dan perlahan.
“Baru kali ini Didit ngentot sama wanita yang hebat.. Tante benar-benar hot sekali” jawabnya puas. Tangan kananku memegang pipinya.
“Tante harus pergi sekarang Dit..”
Didit memandangi wajahku yang sangat cantik ini.
“Ohh iya Tantee” tak terasa kontolnya masih didalam memekku.
“Besok Tante mau jalan-jalan ke mal, Didit mau ikut?”
“Kalau nggak ngerepotin Tante boleh juga Tante”
Aku peluk erat tubuhnya berbau sangat menyengat itu seakan tidak ingin kehilangan dan mengecup keningnya.
“Didit nggak malu ke mal sama Tante?”
“Kenapa musti malu dan karena apa Tante?”
“Nanti orang-orang kirain Didit simpenan Tante” candaku manja dengan suara setengah berbisik dengan napas yang masih terengah-engah.
“Yah nggak apa-apa lagi Tante.. atau mungkin Tante malu jalan sama Didit nich?” sindirnya sambil mengecup lembut ke bibir ranumku.
“Mmhh Ditt.. Kalau Tante sih bangga bisa bawa anak muda di mal..”
“Kalau anak mudanya jelek gimana Tante?” sambil tersenyum menyatakan kejelekan wajahnya.
“Biarin.. Mereka nggak tahukan kalau jelek-jelek kontolnya bikin nggak bisa tidur-tidur 7 hari 7 malam hihihi” candaku sambil tersenyum.
Kemudian aku bangkit berdiri sehingga kontolnya keluar dari memekku. Aku merapikan gaun satinku yang tidak kusut dan terbuka itu serta rambut yang berantakan.
“Tante mau nggak kalau Didit dijadikan simpanan Tante??” sambil membantuku merapikan gaun pestaku.
Aku duduk di meja ruang tamu yang pendek itu sambil menghias kembali dandanan yang berantakan. Dalam hatiku berkata mau Dit, kontol kamu enak sih..
“Didit mau jadi simpenan Tante soalnya memek Tante legit sich” candanya sambil merayuku.
“Udah beresin pakaian Didit, Tante harus berangkat” aku menarik sarung tangan yang sedikit turun di pergelangan tangan.
“Iya Tantee” Didit menarik CD dan celana jeansnya ke pinggangnya. Aku beranjak ke depan pintu apartment karena tergesa-gesa.
“Tunggu Tante” sambil merapikan pakaiannya yang sudah dikenakannya.
“Sorry Tante nggak bisa antar Didit, soalnya Tante udah telat 15 menit nih”
“Ohh ya dech Tante.. nggak apa-apa daripada ketahuan
Om nanti kita nggak bisa ngentot lagi” sambil tersenyum dan berharap rupanya dia untuk ngentotin aku lagi.
Aku buka pintu apartment dan menunggunya untuk keluar terlebih dahulu. Sambil keluar Didit mencuri untuk mengecup bibirku dengan gerakan yang amat sangat cepat khawatir ada yang melihatnya. Aku tarik tangannya agar masuk ke dalam dan membiarkan pintu terbuka kemudian kupeluk erat sekali tubuhnya seakan rindu dan kangen sama orang yang jelek dan bertubuh bau ini.
“Jangan cium Tante lagi nanti berantakan”
“Ok Tantee”
“Tante cuma ingin pelukin Didit mmhh”
“Habis bibir Tante itu sich”
“Kenapa bibir Tante?” kupancing sambil berbisik mesra dan ternyata dia membalas dengan memeluk tubuhku erat-erat.
“Bibir Tante sexyy buanggett..” dibisikan di dekat telingaku.
“Kontol kamu enak Ditt..” candaku yang sebenarnya aku berharap bisa ngentotin dia lagi sambil menekan lagi tubuhnya hingga rapat.
“Apalagi memek Tante legit buangett” aku mulai membayangi andaikan memekku ini hanya dientotin sama dia terus.
“Makasih ya Dit.. Tante harus pergi..” aku cubit pipinya dengan tanganku yang bersarung tangan sehingga cukup licin dikulitnya.
“Ok Tante ntar hubungi saja kalau ingin ngentot lagi yah” Didit berharap.
“Makasih juga Tante telah bikin Didit puas dan nggak terlupakan, soalnya Tante wanita chinese pertama yang Didit entotin”
Aku tersenyum manis dan beranjak keluar dari apartment. Diiringi Didit yang langsung kembali menuju ke toko tempat dia bekerja.
“Halo siang, bisa bicara dengan Didit?”
“Iya saya sendiri, ini dengan siapa yahh?”
“Ini Tante, Dit”
“Eh Tante apakabar”
“Baik, katanya Didit mau temenin Tante ke mal hari ini, gimana bisa nggak?”
“Ehmm bisa-bisa Tante”
“Nanti dari mal langsung ke tempat Tante ya untuk instal komputer Tante”
“Iya Tantee, memang
Om nggak ada Tante?”

Om di rumah Dit, Didit lupa ya kalau ini apartment pribadi Tante”
“Oo…”
“Didit bisa langsung ke mal A dan tunggu di depan counter B”
“Bisa Tante, sekarang juga Didit siap-siap Tante”
“Ok ati-ati dijalan ya Dit” aku akhiri pembicaraan itu dan langsung segera berangkat.
Tak lama kemudian aku sudah tiba di cafe B dan mencari posisi yang sedikit gelap dan jauh dari keramaian karena khawatir ada yang mengenaliku. Aku mengenakan kemeja tanpa lengan dari bahan kulit dan rok mini kulit semua berwarna hitam. Bra dan CD ku juga terbuat dari bahan kulit dan berwarna hitam. Tidak lupa aku juga mengenakan kaca mata hitam agar tidak dikenali orang. Aku saat itu sudah duduk di kursi panjang cafe tersebut sambil menyulut rokok marlboro hijau. Tak lama kemudian Didit datang menghampiriku.
“Maaf ini Tante Eliza..?”
“Iya, silakan duduk Dit..” aku kembali menghisap rokok.
Tampaknya Didit tercengang melihat penampilanku yang sedikit berbeda.
“Iya Tante”
“Tante.. Kelihatan beda deh hari ini”
“Masa sih? Beda dimananya Dit?”
“Beda di pakaiannya yang sexy sekali dan..?”

Ada apa Dit?”
“Tante berpakaian sangat menantang” katanya sambil tersenyum.
“Oh ya? Menantang apanya Dit? Kita jalan-jalan aja yuk Tante males duduk disini” aku bangkit berdiri dan berjalan menuju keluar cafe.
“Ayo.. Tante..” sambil berjalan di belakangku.
Tanpa menoleh ke belakang aku cubit kontolnya yang berada di sebelah kanan belakangku.
“Auww.. Sakit Tante.. Kalau minta ngomong donk” bisiknya sambil tersenyum.
Rupanya Didit tidak ingin kalah, dia meremas pantatku dari belakang.
“Ehmm nich.. Tante..” sambil tersenyum.
Akhirnya kita mulai mengitari mal, kita sambil melihat-melihat pakaian yang bagus-bagus yang ada di dalam counter.
“Tante mau beli yang mana sich..” dia bertanya.

Ada yang Didit suka? Soalnya Tante nggak suka modelnya” aku menggendong tas dibahu kiri sedangkan Didit berada disebelah kananku.
“Kan Tante yang mau beli dan yang mau pakai masa Didit yang ditanyain suka apa nggaknya”
“Tante juga bingung Dit, rasanya nggak ada yang cocok deh”
“Ya sudah kalau nggak ada yang cocok kita istirahat saja yuk Tante.. Gimana mau nggak Tante?” ternyata Didit sudah mulai berani mengajakku.
“Tantee..” Didit kembali menyapaku karena pikiranku melayang-melayang mengingat kejadian kemarin.
“Tante masih ingin jalan-jalan Dit..”
“Tante belum capek nichh?”
“Kalau Tante capek
kan ada Didit yang mijitin Tante” aku tersenyum menantang.
“Yah Didit sih mau saja asal yang dipijit-dipijit itu yang tertentu Tante” senyumnya mulai menggodaku.
“Yang tertentu itu bagian mana Dit” aku memancing arah pembicaraannya sambil terus melangkah dengan cuek.
“Ini Tantee..” tangannya sambil menunjuk ke tetek ku.
“Malu tuh Dit dilihatin orang..” tangan kananku meraih belahan pantat Didit dan meremasnya.
“Santai saja Tante nggak ada yang lihat kok, tuhkan malah mulai, katanya malu kok gitu Tante?” Didit berbalik memancingku.
“Kenapa nggak yang didepan ini saja Tante” senyum Didit terlihat senang sekali diperlakukan seperti itu.
Akhirnya langkahku langsung mengarah keluar mal dan langsung masuk ke dalam taksi dan duduk di belakang, karena saat itu aku enggan untuk membawa mobil.
“Loh kok naik taksi Tante.. Kenapa? Mobil Tante dimana..?” pertanyaannya bertubi-tubi.
“Di apartment Dit, Tante males bawa mobil” aku duduk menggeser ke dalam agar Didit bisa duduk di sebelah kananku.
Aku melihat supir taksi itu seorang pribumi yang begitu hitam legam.
“Pak tolong arah ke apartment C,” setelah supir taksi itu mengiyakan, Diditpun hanya bisa diam. Namun matanya nggak lepas dari pahaku yang putih mulus itu. Aku merapatkan posisi duduk ke sebelah kanan sehingga bersentuhan dengan bahu kanannya, dan kepala Tante mengarah ke telinganya untuk berbisik.
“Apa yang Didit lihatin?”
“Itu loh yang putih-putih itu..” jawabnya menggoda.
“Apa Dit?” aku berpura-berpura tidak tahu.
“Paha cina.. Hehehehe” pembicaraan kami berbisik-berbisik supaya tidak didengar oleh supir tersebut.
Aku menyandarkan bahu kananku menindih bahu kirinya. Tangannya mulai mengelus perlahan pahaku. Aku mengangkat kaki kanan dan menumpangkan ke kaki kirinya, sehingga rok mini kulitku terangkat tinggi sekali, bibirku tetap berada di dekat telinganya.
“Suka sama paha cina Dit?” aku memancingnya.
“Wah suka sekali Tante.. Apalagi yang diatasnya paha Tante..” jawabnya dengan pelan.
Tangan kanannya masih mengelus-elus pahaku sedangkan tangan kanan aku meraih kepalanya sebelah kanan dekat pintu. Tangannya mengelus-elus pahaku, sesekali dia mengelusnya mendekati daerah yang berbulu lebat.
“Dit, sopirnya ngelihatin kita terus tuh..” aku berbisik malu.
“Makanya kita jangan terlalu banyak gerak Tante.. Pelan-pelan saja biar supirnya nggak lihat..”
“Dia lihat dari kaca tengah tuh Dit, pasti kelihatan..” dadaku sedikit membusung karena bersandar di setengah bagian dadanya.
“Dah kepalang tanggung Tante.. Cuek saja dechh..” jawabnya sambil senyum-senyum melihat tetekku yang ranum.
Posisiku yang masih berpakaian lengkap sangat menantang dan membuat nafsu semua orang yang melihat termasuk Didit dan supir taksi itu.
“Kalau dia minta gimana Dit” aku berbisik.
Didit rupanya sudah tidak peduli dengan si supir itu. Tangannya sudah sampai diatas CD ku itu sambil terus mengelus-elus CD ku. Model CD kulitku yang berwarna hitam itu terikat dengan simpul tali di bagian kedua pinggangku.
“Didit mau ngasih apa?” dengan suara setengah mendesah.
“Aku mau ngasih kepuasan yang lebih Tante..” tangannya sesekali menekan-nekan memek ku.
“Kepuasan apa Dit?” tangan kananku bergerak turun dari kepalanya dan mengelus-elus hidung dan bibir serta pipinya.
“Kepuasan ngentot Tante..”
Tangannya yang satu meraba-raba mencari tali CD ku. Sedangkan tangan kiriku bertumpu pada tempat duduk yang kosong disebelah kiriku. Tangan kirinya masih mengelus-elus dan sesekali menekan memekku yang lebat jembutnya. Sedangkan tangan kanannya melingkar di pinggulku berusaha untuk masuk ke rok ku yang mini sekali.
“Tante belum pernah diperlakukan seperti ini didepan orang lain Dit.. Mmhh,” aku berbisik dan mendesah pelan sekali.
“Biarin Tante.. Dan ini saatnya Tante rasakan diperlakukan seperti ini didepan orang lain”
Tangan kanannya berhasil juga masuk kedalam rok mini ku dan mencoba menarik tali CD ku. Sedangkan tangan kirinya masih tetap mengelus-elus kadang menekan memekku. Dan dia berusaha agar jari tangan kirinya masuk ke CD ku supaya bisa menyentuh memekku yang mulai basah.
“Oogghh Ditt.. Buka aja cdnya sekalian” aku mendesah perlahan menahan rangsangan yang dilakukan Didit.
“Yupss..” akhirnya tangan kanannya dapat menarik tali CD ku..
Dan sret langsung lepas tali CD ku. Tangan kirinya bisa leluasa bermain dilubang memekku tidak hanya satu jari lagi. Tangan kiriku menarik CD yang sudah terlepas tetapi masih terduduki oleh pantatku dan melemparkannya ke bagian belakang dekat kaca belakang taksi. Tangan kananku berusaha meremas-remas kontol Didit yang masih berpakaian lengkap itu. Jari telunjuknya memainkan itilku dan jari tengahnya digoyang-goyangkan dipinggir-dipinggir memekku.
“Sshh Dit.. Nakal jarinya Didit..” aku mendesis perlahan.
Tak lama kemudian taksi berhenti di lobby apartment.
“Sudah sampai Dit”
Aku langsung membayar taksi itu.
“Iya Tante..”
Didit langsung mengikuti langkahnya dari belakang. Aku berjalan masuk ke lobby dan menuju ke lift yang kebetulan sudah terbuka dan kosong isi lift itu. Jantungku masih berdebar kencang karena rangsangan yang Didit lakukan di taksi. Setelah lift tertutup Didit memandangi tubuhku dan bergerak mendekat. Kedua tangannya memeluk kedua pantatku dan meremas-remasnya. Tangan kirinya bergeser kedepan untuk masuk ke memekku sambil mengelus-elus pahaku. Aku mundur selangkah mendapat serangan tiba-tiba darinya sehingga tubuhku tersandar di dinding lift.
“Mmhh,” aku mulai mendesah seperti biasa karena tidak ada orang.
Jari telunjukku menekan tombol 26 dan lift mulai bergerak naik. Tangan kirinya sudah mulai bergerak naik mencapai memekku yang sudah tidak mengenakan CD lagi. Kedua jarinya mulai menggosok-menggosok memekku sambil sesekali mengelus-elus itilku.
“Sshh.. Nakal kamu Dit gituin Tante di depan orang.. Mmhh” mataku terpejam yang masih menggunakan kacamata hitam.
“Tapi Tante suka
kan??”
Aku saat itu mengenakan sepatu model boot yang cukup tinggi hingga menutupi sebagian betis. Tangan kanannya tetap meremas-remas pantatku yang tergolong bahenol. Tangan kirinya tetap bermain di memekku dan sesekali jari tengahnya mencoba masuk ke memekku. Namun terus dia menarik lagi dan itu dilakukannya berulang-ulang kadang cepat kadang lambat.
“Sshh aahh Dit.. Kalau Tante dientot dia gimanaa sshh…”
Aku sedikit berteriak menerima serangan tiba-tiba dari Didit, posisi kaki yang sudah diregangkan untuk memudahkan jari-jarinya. Dia mulai beraksi dengan mulutnya menciumi leher jenjangku dan terus turun hingga di depan memekku. Lalu dia mengangkat rok miniku dan melihat memekku yang masih di mainkan dengan jarinya. Sedangkan lidahnya menjilat-jilat di kedua pahaku.
“Oohhss terusshh.. Mmhh..”
Kepalaku menggeleng-menggeleng ke kiri kanan merasakan nikmat yang diberikannya, lift terasa bergerak begitu lambat karena aku melirik ke indikator yang menyala baru di lantai 13. Dan dia mulai merenggangkan kedua kakiku dengan kedua tangannya supaya terlihat jelas memekku. Lalu dia melebarkan bibir memekku dan lidahnya dijulurkan diatas itilku itu dan mulai menggoyang-goyangkan lidahnya diitilku.
“Auugghhss.. Suka itil cina Dit..” dengan suaraku yang menggairahkan itu.
Posisi kakiku sudah terbuka lebar dan punggungku tersandar di dinding lift. Langsung dia menjilat dengan kuat memekku. Sedangkan tangan kananku meremas-remas rambutnya.
“Suka sekali Tante..”
“Kenapa suka Dit.. Mmhh” kata-katanya mulai membakar birahiku.
Kadang jari-jari kedua tangannya mengelus-elus bibir memekku.
“Enak Tante itil cina itu..”
Sesekali lidahnya memainkan itilku. Jari-jari tangannya tak henti-hentinya bermainkan di bibir memekku yang sudah basah sekali. Dia pun mulai menyedot-menyedot itilku.
“Terus Ditthh.. Sshh..” dia berulang-ulang menyedot-menyedot itilku. Kini tangan kiriku menekan-nekan kepalanya.
“Aahhooss.. Shh” aku mendesis keras sekali.
Kadang-kadang salah satu jarinya mencoba untuk masuk kelubang memekku. Dan jarinya mendorong-dorong dilubang memekku sambil lidah mengelus-elus itilku.
“Kyaa.. Mmsooshhgg..”
Aku merasakan jarinya Didit yang begitu enak dan membayangkan apalagi kontolnya. Tak lama kemudian tingg.. Lift terbuka karena sudah tiba di lantai 26. Karena lift terbuka dia menarik mulutnya dari lubang memekku, namun sebelumnya itilku digigit-gigit kecil dan jarinya masuk agak ke dalam.
“Aaww.. Ditt gilaa” aku berteriak sambil mencoba mencari kunci di dalam tas.
“Ayo cepet keluar Dit” dia langsung menyedot itilku dan kemudian dia berdiri.
“Mmhh Ditt.. Jarinya keluarin, Tante susah nih kalau mau melangkah..”
Aku mengeluarkan kunci dari tas. Dia tersenyum sambil mengeluarkan jarinya dari lubang memekku.
“Sorry Tante habis memeknya hangat puisann” sambil tersenyum.
Aku memberikan kunci ke tangannya sambil melangkah keluar dari lift hingga ke depan pintu apartmentku. Dia pun menerima terus berjalan menuju ke pintu mengikutiku. Setelah dibuka dia mempersilakan aku untuk masuk terlebih dahulu.
“Silahkan Tante duluan” sambil senyum-senyum menatap mataku.
Kemudian dia menutup pintu dan mengikutiku. Aku berjalan terus menuju ke tangga dan pantatku sengaja kugoyang-goyangkan melenggak lenggok. Karena dia berjalan tepat dibelakangku, mukanya hampir menyentuh pantatku yang lenggak-lenggok itu, tiba-tiba tangannya memegang pantatku setengah mendorong sambil diremas-remas.
“Mmhh Dit..” sambil berjalan kedua tangannya meremas-remas pantatku.
Aku tersandung dan terjatuh di tangga sehingga posisi aku menungging dengan kedua tanganku bertumpu di lantai tangga. Tangan kirinya menerobos masuk ke rok mini kulitku dan menekan pas dimemekku. Lalu dia menarik kembali.
“Aahh Didit nakal”
Aku mencoba menaiki tangga itu tapi dengan posisi merangkak karena terburu-buru khawatir dia memainkan memekku lagi. Tangannya menahan kakiku yang ingin merangkak dan diregangkan kakiku dengan paksa. Kemudian dia langsung mencium pantatku dan tangannya membuka kedua belah pantatku agar terlihat memekku. Langsung dia memulai lagi jilatan ke memekku.
“Sshh Didditt nakall” aku berteriak keras sekali.
Jari kedua tangannya memainkan di kedua bibir memekku yang lebat akan jembutnya. Aku semakin terangsang karena selama ini aku tidak pernah diperlakukan seperti wanita binal ditangga.
“Oogghhss”
Jari-jarinya masih menahan kedua pantatku yang montok dan mengelus-elus bibir memekku. Lidahnya dijulur-julurkan pas lubang memekku.
“Mmhh”
Aku mencoba terus untuk naik menuju kamarku. Karena aku tetep mencoba merangkak dia pun mengikutinya dan kegiatannya tidak dihentikan. Namun kadang-kadang dia meremas-remas pantatku kuat-kuat dan kadang digigit-gigit pantatku. Sedangkan ibu jarinya menekan-nekan bibir memekku. Karena kakiku terus mencoba naik ke anak tangga, aku merasakan gesekan yang teramat sangat nikmat di dalam memekku.
“Stopp Ditthh sshh”
Dia tidak mempedulikan perkataanku. Karena posisi ibu jari semakin susah makanya dia menguatkan elusan-elusan yang di bibir memekku, mulutnya kadang menggigit pantatku, kadang menjilat-jilat pantatku, sambil terus mengikuti aku naik. Dan akhirnya karena sulit, satu tangan kirinya yang mengelus-elus dimemekku, dengan jari tengah dan jari telunjuknya bermain. Tangan kanannya kadang memukul-memukul pelan dipantatku. Aku yang sudah benar-benar blingsatan gara-gara Didit memainkan memekku terus berteriak-teriak.
“Diditt aanjinggss..”
Akhirnya aku sampai juga di depan kamarku yang pintunya terbuka dengan AC yang selalu menyala. Aku mencoba untuk bangkit dengan memegang kusen pintu kamarku. Dengan posisi sedikit membungkuk aku menghadap ke dinding. Didit langsung menarik kedua kakiku dan merenggangkannya, agar dengan leluasa mulutnya bisa beraksi lagi di itilku. Lidahnya bermain di itilku, jari-jari tangannya memegang dan meremas pantatku. Lidahnya juga sesekali menjilat bibir memekku. Mungkin karena gemas melihat itilku itu, dia menyedot terlalu kuat dan..
“Aahh Ditt, Tante nggak kuatthh..”
Aku hampir tidak kuat menahan tubuhku sendiri karena kenikmatan yang diberikan Didit membuat kedua lutut Tante lemas hampir sedikit lagi menyentuh lantai kamarku. Karena posisinya dibawah memekku, lidahnya mencoba masuk ke lubang memekku dan digoyangkan kekanan dan kekiri. Sesekali dia mengecup-mengecup itilku.
“Tantthhee keluaarr ss.. oohh..”
Tubuhku mengejat-mengejat dan aku berteriak nyaring sekali. Kemudian aku jatuh ke lantai karena tidak kuat menahan tubuhku sendiri. Tampaknya Didit tidak peduli dengan teriakkanku, justru dia semakin menyedot kuat di lubang memekku. Arus gelombang orgasme yang begitu nikmat aku rasakan hingga pipiku tergeletak di lantai.
“Aahh Ddiitt ss…”
Kedua tangannya menahan pantatku agar tetap diatas, agar supaya mulutnya dapat menghisap cairan yang dikeluarkan oleh memekku. Dia juga menggoyang-goyangkan mulutnya dimemekku. Kedua jari tanganku mencengkram erat merasakan kenikmatan yang beda dari Didit dibanding kemarin.
“Aahh Dittsshh”
Kedua mataku terpejam erat melambungkan angan-anganku ke dunia impian lain. Tubuhku benar-benar dibuatnya lemas sekali hingga tidak berdaya saat itu. Dia masih terus memainkan memekku sambil itilku dijilat-dijilat dengan lidahnya. Kadang-kadang dia menyedot-nyedot kecil itilku yang mungil itu. Pantatku akhirnya terjatuh juga ke lantai dan tangan kiriku berusaha menggapai kepalanya yang ada hadapan di memekku.
“Sini Dit..” suaraku begitu lemas.
Sebelum mencapai wajahku dia menyempatkan untuk mengecup kedua tetekku.
“Dit..” aku berbisik manja.
“Yahh Tante..”
“Bawa Tante ke ranjang ya..” sambil tersenyum melihat wajahku yang letih karena telah mencapai kenikmatan.
“Tante nggak kuat jalan nih..” jantungku berdebar-berdebar terus karena terlalu letihnya.
“Ok Tante..” dia pun mulai membungkukkan tubuhnya.
Tangan kirinya meraih leherku yang jenjang, sedangkan tangan kanannya meraih kedua pahaku yang mulus. Sebelum dia meraih pahaku yang mulus itu dia menyempatkan mengelus memekku sambil berkata, “Dasar memek cina ini manja yah..”
Akhirnya dia mengangkat tubuhku yang lemas karena kenikmatan surga dunia. Sambil berjalan dia mengecup pelan bibirku yang ranum itu.
“Tapi suka
kan Dit sama memek cina..” aku yang masih berpakaian lengkap itu tersenyum lemah.
“Suka sekali Tante..” sambil memandangi wajahku lalu kebawah melihat tetekku.
“Ayo Dit baringin Tante di ranjang”
Tak lama kemudian tubuhku terbaringkan lemas dan dibiarkan sejenak untuk istirahat. Dia tetap berdiri terus sambil memperhatikan sekujur tubuhku.
“Dit.. Jangan bengong dong.. Sini baring disebelah Tante.. Tante mau tidur dulu.. Temenin Tante ya Dit”
Tangan kiriku menepuk-nepuk ranjang bagian kiri yang kosong. Kemudian dia langsung berbaring disebelah kiriku lalu memeluk tubuhku dengan mesra. Tangan kanannya tidak sengaja berada pas diatas tetek ku. Aku yang sudah lemah itu ingin tidur diatas tubuhnya. Akhirnya aku berguling menindih tubuhnya sambil memeluknya erat sekali seakan-seakan tidak ingin berpisah. Ini tidak pernah aku lakukan terhadap suamiku sendiri. Posisi seperti itu membuat tetekku terjepit antara dadanya dan dadaku.
“Dit.. Tubuh Tante nggak beratkan?” bisikku di telinga kanannya.
“Nggak Tante.. Nggak berat-berat amat kok.. Didit masih kuat nahan tubuh Tante yang sexy ini” jawabnya sambil tersenyum.
Dia kemudian mencari bibirku yang ranum tetapi aku menghindar dari bibirnya dan mengecup kening Didit cukup lama.
“Tante tidur dulu ya Dit..”
Akhirnya aku tertidur menindih tubuhnya sambil berpelukan erat dengan pakaian yang masih membalut tubuhku serta sepatu boot yang baru kali ini naik ke tempat tidurku.
Setelah beberapa jam aku tertidur menindih tubuh Didit dengan masih berpakaian stelan kulit lengkap dan bersepatu boot, hanya CD g-string ku yang sudah terlepas. Didit tertidur pula sambil memeluk tubuhku yang berada diatasnya. Terasa tetekku yang montok mengganjal dadanya sehingga tampaknya dia sulit untuk bernafas. Aku merasakan nyaman sekali dalam pelukannya hingga tertidur lelap.
Kedua kakinya melingkari kedua kakiku. Permainan sex sejak kemarin bersama laki-laki pribumi seperti Didit rupanya membuatku menjadi wanita yang mulai binal. Akhirnya aku mulai tersadar dari tidur beberapa saat sesudahnya dan melihat Didit masih tertidur, aku enggan untuk bergerak karena tidak ingin membangunkannya.
Aku mulai berkhayal untuk mulai mencari kepuasan dengan laki-laki pribumi dan ingin sekali menjadi wanita yang binal untuk membalaskan dahaga yang aku dapat karena suamiku yang lemah itu. Aku mencium aroma tubuhnya yang cukup bau tapi menggugah seleraku, karena aku belum pernah berpelukan dengan laki-laki pribumi. Dalam pikiranku kenapa tidak sejak dulu aku mencari laki-laki pribumi seperti Didit yang bisa memuaskanku, memelukku di saat tidur.
Beberapa lamanya aku mengkhayal dan aku merasakan pantatku dielus-dielus oleh kedua tangannya. Aku mulai berfikir kalau laki-laki pribumi memang sangat memuaskan birahiku, nafsunya yang besar seolah-olah tiada hari tanpa mengentot tubuhku. Dia mulai melakukan remasan ke pantatku, dan kemudian tangannya dimasukkan kesela-sela pantatku. Akhirnya kukecup keningnya dengan mesra.
“Sorry Tante membangungkan Didit..” bisikku dengan lemah.
“Nggak apa apa Tante..” jawabnya perlahan dengan suara agak parau.
Tangan kanannya berusaha memasukkan jarinya kesela-sela pantatku dan dibelahnya pantatku yang montok itu. Aku mulai menggeliat kecil kegelian karena selama ini aku tidak pernah dipermainkan belahan pantatku.
“Dit nakal kamu..”
“Biarinn.. Tapi sukakan..” jawabnya sambil tersenyum.
Jari-jari tangan kanannya mulai menggosok dari lubang anusku sampai ke bibir memekku.
“Kalau nanti Tante jadi wanita binal gimana Dit?”
Kedua kakiku mulai menggesek-menggesek kakinya karena geli di sekitar pantatku.
“Nggak apa-apa asal binalnya sama Didit aja..”
Jari tengahnya bergoyang-bergoyang dibibir memekku sedangkan ibu jarinya menekan-nekan anusku. Tangan kirinya sesekali meremas-remas pantatku yang montok ini.
“Dit, jangan mainkan anus Tante, jijik Tante nggak suka”
Aku mulai merayap mendekati bibirnya dan mulai mengecup-mengecup lembut. Setelah aku berbicara itu maka dihentikan kegiatan ibu jarinya dan dilanjutkan jari telunjuk bermain dibibir memekku yang sebelah kanan dan jari tengah dibibir memekku yang kiri. Karena aku mengecup bibirnya langsung dia menyambar bibirku yang sexy itu. Jari-jari tangan kanannya tetap bermain dibibir memekku dan digoyang-goyang digosok-gosok terus memekku.
“Dit.. Saat ini Tante ingin sesuatu yang lembut dan soft.. Mmhh..” kedua tanganku memegang pipinya.
“Iya Tante Didit akan bikin apa maunya Tante..” jawabnya.
Jari tengahnya mulai menyentuh itilku dan sesekali itilku dielus-elus dengan jari tengahnya walau dengan sedikit sulit. Aku kembali mengulum bibirnya dengan pelan dan mesra sekali. Dia balas mengulum bibirku, lidahnya dimainkan didalam mulutku, terkadang lidahku disedotnya. Aku benar-benar menyukai cara permainan lidahnya karena aku tergolong baru dalam hal-hal sex yang seperti ini. Akhirnya aku sambil menekan-nekan pipinya dan terkadang meremas-remas rambutnya.
“Mmhh”
Disaat kami masih berciuman, kedua kakiku itu direnggangkan dengan kedua kakinya, agar tangan kanannya bermain dengan leluasa. Setelah kedua kakiku terbuka lebar jari tengahnya menekan-nekan itilku sedang jari telunjuknya berputar-putar dibibir memekku.
Ciuman dibuatnya lebih panas lagi dan kadang disedot lidahku yang mungil dengan agak kuat. Nafsu birahiku cukup terangsang dengan pola permainan ini, sehingga aku hanya meremas-remas rambutnya dengan kedua tanganku.
“Mmhhss”
Kini setelah agak basah memekku dia mengubah posisi jari telunjuknya, kini jari itu dimasukkan kedalam memekku. Jarinya mencari g-spot yang berada di dalam memekku, setelah ditemukan digosok perlahan-slahan dan diimbangi dengan gerakan jari tengahnya yang mengelus-elus itilku itu.
“Sshh.. Ditt.. Mmhh”
Tubuhku terasa mulai melayang menikmati permainan pada g-spot ku. Kegiatan itu terus dilakukan sedangkan bibirnya masih menyatu dengan bibirku dan terkadang lidahku disedot-sedot dan digigit-gigit kecil. Tangan kirinya berusaha mengelus-elus punggungku yang masih berpakaian itu. Rangsangan cukup hebat yang aku dapatkan membuat kedua tanganku bergerak meremas bantal yang ditidurinya sehingga ketiakku berada disisi kiri dan kanan kepalanya.
“Oohh.. Nikmat sekali Ditt… sshh..”
Tangan kirinya berusaha mencari tetekku, jari tangan kanannya masih bermain dimemekku, kadang dimainkan cepet sekali, terkadang dimainkan lambat. Tubuhku mencoba merayap semakin keatas sehingga tetekku berada didepan wajahnya. Dengan satu tangan kirinya dia mencoba membuka bajuku, setelah terbuka tangan kirinya langsung meremas-remas tetekku. Sedangkan jari-jari tangan kanannya masih dimemekku kini jari-jari itu dia goyangkan seperti langkah orang berjalan, kadang cepat kadang lambat.
“Jangan dilepas Dit baju Tante mmhh.. Tante ingin terlihat sexy sama Didit”
“Aku cuma mau ngeluarin tetek Tante saja kok..”
Setelah dia bisa mengeluarkan tetekku langsung mulutnya menyambar putingku dan langsung menyedot-menyedot putingku yang kecil itu. Tangan kirinya meremas-remas tetekku yang kiri. Kini jari telunjuknya keluar dari memekku dan ikutan bermain di itilku dengan kedua jari berputar-putar diatas itilku itu.
Aku terus merayap hingga kini kepalanya melihat rok mini kulitku membuat posisiku bertumpu dengan kedua tanganku di bantal.
“Sshh Dit..”
Setelah aku menaikkan posisi tubuhku dan posisi memekku diatas muka, dia langsung menarik rok miniku keatas agar dia bisa melihat memekku yang berjembut lebat. Setelah kelihatan dia langsung kecup pas diatas itilku. Memekku itu dibelah dengan kedua tangannya, lidahnya langsung begoyang-goyang di itilku dengan sesekali disedotnya.
“Aahh Ditt enakk… Hh..”
Aku mulai berkelojotan merasakan permainan lidah dan bibirnya di memekku. Kedua tanganku meremas-remas rambutku sendiri. Aku tidak bisa melihatnya karena wajahnya yang tertutup rok miniku seluruhnya. Kadang itilku digigit-gigit kecil lalu disedot perlahan. Lidahnya pun kadang menjilat-jilat bibir memekku dari kanan ke kiri.
“Lidah pribumi memang nakall hhss..” aku berteriak sambil kepalaku tergeleng-geleng kekiri dan kekanan.
Lidahnya semakin berputar-putar didalam lubang memekku yang basah, kadang diselingi sedotan pas dilubang memekku. Dikala dia menyedot pas dilubang memekku jari telunjuknya menekan-nekan itilku. Permainan lidahnya dimemekku membuat aku berada diujung puncak kenikmatan. Mataku terpejam rapat-rapat ingin merasakan kenikmatan yang akan segera kuraih.
Kedua tanganku meremas-remas tetekku sendiri yang seluruh kancing bajunya telah terbuka. Jari telunjuknya yang kanan diposisi menggoyang-goyangkan itilku terus dilakukan kadang ditekan-tekan itilku itu. Sedangkan lidahnya terus menyapu bibir memekku. Permainan dibuatnya dengan tempo cepat sekali. Sedotannya pun sering dilakukan dilubang memekku. Terkadang lidahnya dimasukkan kedalam lubang memekku.
“Cukup Ditthh.. Sshh buka celananya Dit sekarang”
Aku berdiri diatas ranjang menginjak kasur dengan sepatu boot yang masih terpakai.
“Iya Tante..”
Diapun langsung membuka celana jeansnya dan cdnya langsung dilepaskan. Aku terus meremas-remas tetekku dengan tangan kanan sedangkan tangan kiriku memainkan itil yang tepat berada sekitar hampir 1 meter dari kepalanya. Tak lama kemudian keluarlah kontolnya yang sudah berdiri, sesaat dia mengelus-elus kontolnya sendiri.
“Shhmm..”
Kedua matanya memandangiku. Aku berbalik badan untuk melihat kontol pribumi yang sudah ngaceng itu sambil terus melakukan sedikit gerakan-gerakan erotis seperti wanita binal, aku masih berdiri diatas ranjang. Tangan kanannya masih mengelus-elus kontolnya yang tegang, tangan kirinya meremas-remas pantatku yang montok itu. Sesekali jarinya ada yang menelusup masuk kebibir memekku dan dielusnya.
“Oohh Ditt..”
Dengan masuknya jarinya ke memekku, tangan kiriku mengelus-elus jembutku yang lebat sambil membayangkan jika kontol pribumi yang begitu hitam dan besar itu masuk dalam mulutku karena aku tidak pernah menghisap kontol sebelumnya hanya menyaksikan di film-film saja.
Jari telunjuknya dimasukkan ke memekku dan digosok-gosok ke bibir memekku sambil terkadang dimasukkan ke lubang memekku. Sedang ibu jarinya bergoyang-goyang pada tempat antara memekku dengan lubang anusku. Tubuhku akhirnya terjatuh berlutut dikasur karena lemas menahan serangan yang dilakukannya. Kini aku mulai memegang kontolnya dengan kedua tanganku. Ingin sekali rasanya aku untuk mencoba menghisap kontol pribumi yang membuat diriku menjadi binal.
“Aahhdiittsshh”
Karena posisi pantatku, terutama memekku dekat sekali dengan wajahnya, dia langsung menarik pantatku merapat ke wajahnya. Dia langsung menjulurkan lidahnya ke dalam memekku yang basah sedangkan jari telunjuk kanannya dimainkan diitilku. Dia mencoba untuk menyedot pinggir lubang memekku.
“Ditt..”
Aku jatuh tertelungkup di atas tubuhnya karena tarikan tangannya di pantatku. Sehingga kontolnya berada dekat sekali dengan wajahku. Aku terus meremas-remas kontolnya dengan lembut. Lidahnya masih bermain dilubang memekku. Sedangkan jari telunjuknya masih bergoyang-goyang di itilku.
Tangan kirinya menggapai kontolnya lalu didekatkan kebibirku. Lidahnya sesekali bergoyang kekanan dan kekiri menyentuh bibir-bibir memekku. Kontolnya menyenggol-nyenggol terus bibirku yang masih enggan untuk mengulum karena selama ini bayanganku jijik untuk mengulum kontol.
“Eeaasshh mmhh”
Dia menyedot bibir memekku yang kanan. Jarinya masih menggoyang-goyangkan itilku kadang berputar-putar sambil ditekan-tekan itilku yang mungil itu. Tubuhku menggerinjang akibat permainan di itil dan memekku.
“Entott Tante Ditsshh”
kini dia menyedot bibir memekku yang kiri. Itilku dipegang dengan jari telunjuknya dan ibu jarinya lalu dipelintir-pelintir.
“Pake konthhooll priibumii Dittsshhmm”
Aku yang sudah gatal mau dientot berteriak dengan sekuatnya tanpa mempedulikan ada yang mendengarnya. Karena aku sudah meminta-minta dilepaskanlah itilku itu dan ganti lidahnya yang bermain di itilku sambil digigit kecil itilku. Setelah itu disedot isi memekku.
“Oogghh.. Tante mohon entotin Tante Dithhmm..”
Aku yang sudah kalap sama kontol pribumi berteriak-berteriak tidak sabar. Setelah itu diangkatnya pantatku itu lalu setengah didorong kedepan agar memekku pas diatas kontol yang sudah berdiri tegak. Setelah pas tangan kanannya yang memegangi kontolnya lalu digoyang-goyang dan dipukul-pukul memekku itu dengan kontolnya. Posisiku jadi menungging saat itu.
“Masukin Ditt.. Tante sudah gatel nih..”
Aku bertumpu dengan lutut dan kedua tanganku yang masih berpakaian lengkap itu. Setelah dipukul-pukul kontolnya digosok-gosok dengan kepalanya pas di itilku. Kadang dia mulai menggosok dari atas lubang memekku sampai ke itil. Tangan kirinya mengelus-elus pantatku kadang dipukul-pukul pantatku.
“Pribumi bajingan.. Jangan bikin Tante penasaran..” bentakku yang sudah tidak tahan untuk segera dientot.
Dia mulai mencoba memasukkan kepala kontolnya, namun baru kepala kontolnya dia mencabut lalu digosok lagi ke itilku hingga menyentuh bulu jembutku yang lebat. Itu dilakukannya hingga beberapa kali.
“Sshh Ditt bangsatt kamuu”
Aku menggerinjang menerima kontolnya yang keluar masuk hanya kepalanya itu sambil kedua tanganku yang bertumpu dikasur meremas bed cover. Setelah puas melakukan itu dia memasukkan kontol ke dalam memekku hingga setengahnya lalu ditarik kembali hingga tinggal kepala kontolnya yang ada didalam memekku. Itupun dilakukan hingga beberapa kali, sedangkan tangannya yang kanan memegang pinggangku. Tangan kirinya meremas-remas tetekku, terkadang-kadang memelintir putingku.
“Sshh.. teruss”
Aku menggelengkan kepala menahan laju kontolnya yang begitu besar untuk masuk ke memekku. Kedua tanganku menarik bed cover dengan kuat sekali. Karena kedutan otot-otot memekku yang meremas urat kontolnya, dia tampak tidak tahan untuk segera memasukkan kontolnya ke dalam memekku.
“Achhss..”
“Memek chinanya enak Tantee.. Oouyucchhss”
“Kontoll pribumii mentookkhh”
Aku tidak peduli ada yang mendengar teriakanku itu.
“Oogffhh”
Tubuhku sedikit terangkat menerima sodokan kontol yang hingga mentok itu. Sesaat didiamkan kontolnya dalam memekku. Lalu dia mulai menariknya perlahan-lahan lalu didorong lagi dengan sekuat tenaga. Kadang pantatnya digoyangkan kekanan dan kekiri agar kontolnya bisa mengaduk-aduk isi memekku.
“Mmsshh Ditt”
aku ikut bergoyang hingga rambutku yang tergerai menutupi punggung menjadi berantakan. Kontolnya yang begitu penuh di dalam memekku membuat aku melenting ke belakang sehingga aku kini tidak bertumpu lagi pada kedua tanganku. Kedua tangannya meremas-remas pantatku yang mulus kadang dielus-elusnya. Sodokkan demi sodokkannya dilakukan kadang lambat kadang cepat.
“Terusshh Ditt.. Enaknyaa kontol pribumii.. Sshh”
Akhirnya punggungku bersandar didadanya sambil tangan kananku menggapai kepalanya yang ada disebelah kanan kepalaku.
“Memek chinaa pun enak Tantee..” teriakannya tidak kalah dengan suaraku.
Karena punggungku menempel didadanya, leherku dijilat dan diciumnya. Tangan kanannya meremas-remas tetekku dan memilin putingku, sedang tangan kirinya mengelus-elus itilku. Aku semakin menggebu-gebu mendengar kata memek cina.
“Aacchh Ditt.. Entotin terusshh”
“Achh.. Tante memeknya chinaa enakkss..”
Dia mendorong-dorong pantatnya kearah atas hingga tubuhku ikut bergerak-gerak keatas. Tangan kirinya mengelus-elus itilku, kadang berputar-putar dengan kedua jarinya. Posisi ini membuatku tidak dapat ikut bergoyang, akhirnya aku memohon kepadanya untuk mengentot aku dengan posisi aku dibawah.
“Ditt.. Tante rebahan ya.. Mmhh”
“Iya Tante.. Ehmss”
Akhirnya aku melepas kontolnya yang ada di dalam memekku. Dan aku merebahkan tubuh telentang di spring bed. Pakaianku masih lengkap hanya kancing baju yang terbuka.
“Suka memek cina Ditt sshh”
“Suka Tante.. Suka sekali sama memek cina yang satu ini Tantee..”
Setelah tubuhku terbaring telentang tangan kanannya menggosok-gosok memekku dan dimainkan itilku, dielus-elus dengan ibu jarinya.
“Cepet entotin cina lagi Ditt.. Sshh”
Aku sudah tidak sabar lagi untuk menunggu. Kedua tanganku memegang bantal bagian atas sehingga ketiak mulusku yang tanpa bulu sedikitpun terpampang jelas. Aku menatap tubuhnya yang hitam seakan membangkitkan gairahku. Tangan kanannya memegang kontolnya, lalu dipukulkan, digosok-gosok diatas memekku hingga ke itilku.
“Cepetan pribumi bangsat” bentakku yang sudah tidak sabar lagi untuk segera dientot.
Setelah puas dengan gosokannya ke itilku, lalu dimasukkan kontolnya ke lubang memekku.
“Annjingg sshh” dia masukkan semua batang kontolnya ke dalam memekku.
“Achhss.. Enakss Tattaanntee..”
Kedua tanganku meremas kuat bantal yang kupegang tadi. Aku mainkan terus otot memek berkali-kali. Denyutan urat memekku yang begitu kuatnya, membuat dia pun tidak ingin kalah dengan permainan memek yang kuberikan lalu disodok-sodoknya memekku itu.
“Aacchh teruusshh”
Tangan kirinya meremas-remas tetekku bergantian kadang kiri, kadang yang kanan. Itu dilakukan terus tanpa henti-hentinya. Sedangkan tangan kanannya mengelus-elus perutku. Aku berusaha memutar-mutar pantatku agar kontolnya cepat enyemprotkan peju.
Goyangan pantatnya diimbangi dengan gerakan kekanan dan kadang kekiri oleh Didit. Tubuhku melenting-lenting karena kenikmatan sehingga dadaku tampak sedikit membusung kedepan.
“Sshh mmhh cepetthh Ditt kita keluar barengghhss”
Tampaknya dia juga merasakan akan segera keluar, maka goyangan pantatnya dipercepat sekali.
“Buka baju kamu Dittss Tante mau lihat tubuh hitam Diditsshh”
Aku merasa horny sekali ingin melihat laki-laki muda pribumi yang hitam mengentot cina yang putih. Sambil menggoyangkan pantatnya, dia melepaskan baju dengan kedua tangannya. Posisi kontolnya masih maju mundur didalam memekku. Aku tarik tangannya dan memeluk tubuh hitamnya dengan erat sambil terus menggoyangkan pantat berputar. Tidak lupa aku mainkan otot memekku untuk meremas-remas kontolnya.
“Sshh terusshh”
Posisi tubuhnya skrg diatas tubuhku bertahan dengan kedua siku tangannya sedangkan telapak tangannya memainkan tetekku. Kadang memutar-mutar putingku, sedangkan gerakan pantatnya bukan lagi kedepan atau kebelakang melain keatas dan kebawah. Kadang bibirnya menyedot-menyedot puting tetekku.
“Ayo Ditthh kita keluar barengghh cepettann” teriakku yang sudah diujung birahi.
“Iya Tantee.. Ehmss”
“Sshh”
Dia mempercepat gerakan pantatnya maju mundur. Aku memeluk tubuh hitamnya semakin erat seakan tak ingin lepas untuk selamanya.
“Ayoo Tantee”
“Ayoo pribumii”
Saat itu mataku terpejam erat. Sodokan kontolnya di memekku semakin cepat sekali. Tubuhku bergoyang semakin menggila.
“Ayoo memek chinaa.. Itil chinaa ayukss..”
Sambil meremas tetekku kuat-kuat dan goyangan pantatnya cepat sekali sehingga kontolnya menghunjam memekku dengan ganasnya.
“Aahh Ditt, Tantthee nggak kuatthh, kekeelluuaarinn barengss”
Tubuhku mengejang dan jari-jariku mencakar-cakar punggungnya yang hitam.
“Aacchh Tantee keluarrshh”
Aku dan Didit keluar bersamaan. Pejunya menyembur-nyembur bagai lahar panas membanjiri memekku ini. Kedua kakiku menekan pantatnya agar kontolnya dapat masuk sedalam-dalamnya dimemekku. Kemudian tubuhnya lunglai menindih tubuhku. Aku memeluk erat tubuhnya sambil mencium bibirnya kemudian mengulumnya.
“Aauummhh enaknya kontol pribumi Dittsshh” dia menyedot lidahku disaat aku mengulum bibirnya.
“Enak juga memek chinanya Tante ehmss” aku mengulum terus bibirnya dan lidahnya sambil tanganku meremas-remas rambut Didit dengan lemas.
“Tante bisa gila kalau nggak dientot sama pribumi Dit” bisikku.
Sambil dimainkan lidahnya didalam mulutku, tangannya mengelus-elus rambutku.
“Didit juga gila sama memek chinanya Tante” sambil mengelus-elus keningku yang penuh dengan keringat setelah pertempuran yang hebat itu.
Karena lemasnya aku ingin tidur dalam pelukan Didit dengan kontol yang masih terbenam di memekku. Aku memejamkan mata dan pikiranku terbang melayang membayangkan hari-hari yang berikutnya penuh dengan sejuta kenikmatan dan sensasi yang membuat gairahku semakin bertambah.